Ahad 23 Jul 2023 20:21 WIB

ESDM Catat Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik EBT Capai 12,7 GW

Pemerintah juga mendorong pemanfaatan biomassa untuk menghijaukan PLTU.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga melintas di area panel tenaga surya.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Warga melintas di area panel tenaga surya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan hingga semester pertama 2023 telah mencapai 12.736,7 Megawatt (MW).

Besaran angka ini merupakan hasil kontribusi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 6.738,3 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 3.118,3 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 2.373,1 MW.

Baca Juga

Kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 322,6 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) 154,3 MW, serta Pembangkit Listrik Gasifikasi Batubara 30,0 MW.

"Saat ini, kapasitas pembangkit EBT sebesar 12,7 GW atau 15% dari total pembangkit sebesar 84,8 GW," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana dalam keterangan tertulisnya, diterima Republika.co.id, Ahad (23/7/2023).

Selain itu, Dadan menambahkan, pemerintah juga mendorong pemanfaatan biomassa untuk menghijaukan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) eksisting melalui program co-firing biomassa.

"Target pada tahun 2025 sebanyak 52 lokasi, dan saat ini telah diimplementasikan di 37 lokasi. Pemanfaatan biomassa telah mencapai 306 ribu ton dari target 1,08 juta ton tahun 2023," kata Dadan.

Pemerintah memastikan pula implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-2030 untuk dapat beroperasi sesuai dengan target. Dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030, total pembangkit EBT yang akan dibangun sebesar 20.923 MW.

Hingga saat ini, jumlah PLT EBT milik PLN yang telah beroperasi sebesar 737 MW (3,5 persen), memasuki tahap konstruksi sebesar 5.259 MW (25,1 persen), tahap pengadaan sebesar 976 MW (4,7 persen), tahap rencana pengadaan sebesar 1.232 MW (5,9 persen), tahap perencanaan 12.656 MW (60,5 persen), dan proyek yang tidak dilanjutkan dan terminasi sebesar 64 MW (0,3 persen).

Dalam rangka percepatan implementasi EBT, Kementerian ESDM telah melakukan berbagai upaya yaitu Pembangunan PLT EBT on-grid, termasuk PLTS Terapung, implementasi PLTS Atap, program dedieselisasi menjadi PLT EBT, mandatori B35, dan Co-Firing biomassa pada PLTU.

Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki potensi EBT yang berlimpah mencapai 3.687 GW, terdiri dari potensi surya sebesar 3.294 GW, potensi hidro 95 GW, potensi bioenergi 57 GW, potensi bayu 155 GW, potensi panas bumi 23 GW, potensi laut 63 GW. Diluar itu, terdapat potensi uranium 89.483 ton dan Thorium 143.234 ton. Potensi EBT tersebut sangat besar, tersebar, dan beragam.

Namun, pengembangan EBT sendiri perlu mempertimbangkan aspek teknis dan keekonomian, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangannya. 

"Perhitungan capaian EBT menggunakan perbandingan antara kapasitas terpasang dengan potensi EBT adalah kurang tepat, mengingat potensi EBT Indonesia sangat besar," kata Dadan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement