REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala unit WHO untuk penyakit tropis Raman Velayudhan mengatakan, WHO mencatat peningkatan delapan kali lipat kasus demam berdarah antara 2000-2022, meningkat dari 500 ribu kasus menjadi 4,2 juta.
Velayudhan menyatakan, angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi karena organisasi tersebut mendapatkan angka yang semakin akurat dalam beberapa tahun terakhir.
"Sekitar setengah dari populasi dunia berisiko terkena demam berdarah dan demam berdarah menyerang sekitar 129 negara," katanya mencatat bahwa sekitar 100 hingga 400 juta kasus dilaporkan setiap tahun.
DBD adalah penyakit serius. Kondisi yang paling umum adalah infeksi virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk dari satu orang ke orang lain dengan 80 persen kasus tidak menunjukkan gejala.
Perkiraan menunjukkan kematian akibat demam berdarah berkisar antara 40 ribu hingga 70 ribu per tahun. Velayudhan menambahkan bahwa masih banyak negara yang belum melaporkannya.
"Tingkat fatalitas kasus sekitar kurang dari satu persen di sebagian besar negara dan kami berharap untuk menguranginya lebih jauh lagi," kata Velayudhan Jumat (21/7/2023) dikutip dari Anadolu Agency.
Menurut Velayudhan , satu-satunya vaksin yang saat ini ada di pasaran adalah vaksin Sanofi Pasteur. Vaksin ini telah terdaftar di hampir 20 negara untuk digunakan.
Vaksin tersebut hanya melindungi orang yang pernah terinfeksi demam berdarah satu kali dan mengharuskan orang menerima tiga dosis. Kemanjuran vaksin ini terhadap empat versi virus dengue (1, 2, 3, dan 4) rata-rata sekitar 65 persen.
Velayudhan menjelaskan, terhadap DBD 1 dan DBD 3, vaksin ini efektif hingga 80 persen. Meskipun kurang efektif terhadap DBD 2, tetapi efektif sekitar 50 persen terhadap DBD 4. Dia menyatakan, berbagai kemanjuran vaksin terhadap berbagai versi demam berdarah merupakan sebuah tantangan.