Senin 14 Aug 2023 00:05 WIB

Enam Bahaya Pujian Menurut Imam Ghazali

Dalam beberapa kasus, pujian justru menjadi tindakan terlarang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Enam Bahaya Pujian Menurut Imam Ghazali
Foto: www.freepik.com
Enam Bahaya Pujian Menurut Imam Ghazali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sang Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali (1058-1111 M) menjelaskan tentang bahaya pujian dalam kitabnya yang berjudul Raudhah at-Thalibin wa ‘Umdah as-Salikin. Menurut dia, dalam beberapa kasus, pujian justru menjadi tindakan terlarang.

“Dalam beberapa kasus, pujian menjadi tindakan terlarang karena ia mengandung enam bahaya. Empat di antaranya ada pada orang yang memuji dan dua lainnya ada pada orang yang dipuji,” kata Al Ghazali dikutip dari buku terjemahan kitab itu yang diterbitkan TuRos, Hidup di Dunia Apa yang Kau Cari?.

Baca Juga

Imam Ghazali menjelaskan, bahaya pertama yang akan diterima orang yang memuji adalah kadang kala ia berlebihan dalam memuji hingga berujung pada dusta. Kedua, bisa jadi pujian itu mengandung riya.

Karena dengan pujian tersebut ia bermaksud menunjukkan rasa senang, padahal tidak demikian. Atau, bisa jadi ia meyakini semua yang ia katakan hingga menjadi orang yang riya dan munafik.

Ketiga, mungkin saja ia mengatakan apa yang belum ia pastikan, sampai-sampai ia berdusta, dan membersihkan orang yang tidak dibersihkan Allah adalah bentuk kehancuran. Bahaya keempat, bisa jadi ia membuat senang orang yang dipuji, padahal ia memuji orang yang zalim atau fasik. Sikap ini tidak diperbolehkan karena Allah akan murka manakala orang fasik dipuji.

“Adapun bahaya bagi orang yang dipuji ada dua hal,” jelas Al Ghazali.

Pertama, yaitu karena pujian itu akan melahirkan sikap ujub dan takabur. Keduanya adalah sikap yang merusak.

Kedua, jika ia dipuji dengan kebaikan, ia akan merasa senang, lalu terlena dan ridha terhadap dirinya. Pada akhirnya, ia tak lagi giat dalam urusan akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ketika mendengar seseorang dipuji,

قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ

“Engkau telah memenggal leher kawanmu.”

Namun demikian, lanjut Al Ghazali, jika pujian-pujian itu terhindar dari bahaya-bahaya di atas, maka tidak menjadi masalah, bahkan dianjurkan atau sunnah. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW memuji para sahabat dengan bersabda,

“Andai aku tidak diutus, tentulah engkau yang akan diutus, wahai Umar.”

Pujian apalagi yang melebihi pujian ini. Sebuah pujian yang keluar dari kejujuran dan mata hati tertinggi yang dapat memunculkan kesombongan atau sikap ujub.

“Dengan demikian, memuji manusia itu adalah perilaku buruk karena hal itu mengandung kesombongan dan kebanggaan, kecuali jika pujian itu termasuk tidak melahirkan kebohongan dan ujub,” kata Al Ghazali.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement