Senin 24 Jul 2023 12:29 WIB

Keluar dari Kesepakatan Koridor Gandum, Rusia Jamin Lanjutkan Ekspor Pangan ke Afrika

Rusia mampu menggantikan biji-bijian Ukraina baik secara komersial mau gratis

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Awak kapal kargo Med Island, yang datang dari Ukraina dengan muatan gandum, mempersiapkan kapal untuk diperiksa oleh pejabat PBB, saat sedang berlabuh di Laut Marmara di Istanbul, Turki, pada 1 Oktober 2022. Kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative akan memprioritaskan negara-negara Afrika yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin menjamin negaranya akan mengekspor komoditas biji-bijian, pangan, dan pupuk ke Afrika. Hal itu disampaikan Putin karena saat ini Rusia sudah keluar dari kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) yang dijalinnya dengan Ukraina.

“Rusia akan melanjutkan upaya energiknya untuk menyediakan pasokan biji-bijian, produk makanan, pupuk, dan barang lainnya ke Afrika. Saya ingin memberikan jaminan bahwa negara kami mampu menggantikan biji-bijian Ukraina baik secara komersial maupun gratis,” kata Putin dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs web Kremlin, Senin (24/7/2023).

Baca Juga

Sebelumnya Putin menyampaikan bahwa Barat telah mendistorsi makna dan esensi BSGI. “(Barat) tanpa malu-malu mendapat untung dari kesepakatan biji-bijian. Barat benar-benar mendistorsi makna dari perjanjian ini dan esensinya,” kata Putin, Rabu (19/7/2023) pekan lalu.

Dia menekankan BSGI awalnya ditujukan untuk memastikan keamanan pangan global dengan mengurangi ancaman kelaparan serta membantu negara-negara termiskin di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Putin menilai BSGI memiliki nilai kemanusiaan yang sangat penting.

“Itulah sebabnya Rusia memikul kewajiban tertentu untuk memfasilitasi implementasinya. Namun, 'kesepakatan' ini sebenarnya digunakan untuk memperkaya bisnis besar Amerika dan Eropa yang mengekspor dan menjual kembali biji-bijian dari Ukraina," ucap Putin.

Menurut Putin, Barat benar-benar menghapus nilai berharga dan memutarbalikkan esensi kemanusiaan BSGI. Dia menuduh Barat menjadikan BSGI alat pemerasan politik dan memperkaya perusahaan transnasional, spekulan di pasar biji-bijian global.

Selanjutnya Putin menyinggung tentang perpanjangan masa aktif BSGI sebanyak tiga kali sejak perjanjian itu disepakati di Turki pada Juli 2022. Putin mengungkapkan, kesediaan Rusia untuk terus terlibat dalam BSGI, meski mengetahui kesepakatan itu disalahgunakan, menunjukkan ketahanan, kesabaran, serta toleransi Moskow. Dia berpendapat Barat hanya menuntut sesuatu dari negaranya tanpa mau memenuhi tuntutan atau persyaratan Rusia.

Masa aktif BSGI telah resmi berakhir pada 18 Juli 2023. Bertepatan dengan hari berakhirnya BSGI, Menlu Turki Hakan Fidan telah menghubungi Menlu Rusia Sergey Lavrov untuk membahas kesepakatan tersebut. Turki dan PBB diketahui merupakan mediator dalam BSGI saat kesepakatan itu diteken Rusia serta Ukraina pada Juli 2022. Dalam percakapan via telepon dengan Fidan, Lavrov menjelaskan tentang alasan Moskow menolak memperpanjang BSGI. Pada kesempatan itu pun diungkap bahwa Rusia tak lagi menjamin keamanan lalu lintas maritim di Laut Hitam.

Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut.

Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara membutuhkan. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengkomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa.

Oleh sebab itu Rusia memilih tak lagi menyepakati perpanjangan masa aktif BSGI. “Implementasi kesepakatan biji-bijian (BSGI) diakhiri pada 18 Juli,” ungkap Kemenlu Rusia dalam keterangannya saat mengumumkan tentang adanya percakapan telepon antara Sergey Lavrov dan Hakan Fidan, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

“Dalam istilah praktis, ini berarti pencabutan jaminan keselamatan lalu lintas maritim dan dimulainya kembali rezim daerah bahaya sementara di perairan barat laut Laut Hitam, serta pembatasan koridor maritim kemanusiaan di zona perjanjian dan pembubaran Pusat Koordinasi Bersama Istanbul,” tambah Kemenlu Rusia dalam keterangannya.

Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat. Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI.

Sejak BSGI disepakati pada Juli 2022, lebih dari 30 juta ton gandum dan komoditas biji-bijian lainnya telah diangkut keluar dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement