Senin 24 Jul 2023 13:00 WIB

Menuruti Hawa Nafsu Bisa Diampuni, Tapi Takabur Belum Tentu

Takabur adalah dosa yang sangat besar.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Takabur (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Takabur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sufyan Ats Tsauri bernama lengkap Sufyan bin Sa'id bin Masruq bin Habib bin Rafi' bin Abdillah, ia juga akrab dipanggil dengan nama Abu Abdillah Ats-Tsauri.

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaihul Ibad menukil perkataan Sufyan Ats Tsauri yang menjelaskan betapa takabur adalah dosa yang sangat besar.

Baca Juga

"Setiap perbuatan maksiat yang muncul akiba dorongan hawa nafsu, itu masih dapat diharapkan ampunannya. Tapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabur, maka jangan diharap ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabur, sedangkan kesalahan Nabi Adam Alaihissalam itu adalah memperturutkan hawa nafsu."

Syekh Nawawi al-Banteni menerangkan bahwa Sufyan Ats Tsauri adalah maha guru dari Imam Malik. Perkataan yang disampaikan Sufyan Ats Tsauri menunjukan bahwa setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, misalnya adanya keinginan untuk melakukan sesuatu, maka hal itu masih dapat diampuni.

Sebaliknya, kemaksiatan yang muncul akibat dari rasa takabur, maka tidak ada harapan lagi untuk dapat diampuni. Karena kemaksiatan yang terjadi dari adanya rasa takabur itu berawal dari iblis. Iblis merasa lebih baik daripada Nabi Adam Alaihissalam.

Mengenai kesalahan Nabi Adam Alaihissalam, itu terjadi akibat dorongan hawa nafsu untuk merasakan sesuatu. Yaitu keinginan untuk merasakan lezatnya buah dari pohon yang telah dilarang oleh Allah SWT. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.

Dalam kitab Nashaihul Ibad juga dijelaskan keutamaan mencari ilmu dan balasan bagi orang yang berbuat maksiat.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata, "Barangsiapa yang mencari ilmu, maka surgalah yang akan didapatkannya. Barangsiapa yang mencari kemaksiatan maka nerakalah yang akan didapatkannya."

Maksudnya, orang yang disibukan dengan mencari ilmu agama dan dunia yang bermanfaat, maka hakikatnya ia telah mencari surga dan ridha Allah SWT. Sebaliknya orang yang disibukan dengan perbuaan maksiat maka pada hakikatnya ia ingin merasakan pedihnya azab neraka dan murka Allah SWT.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement