REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia (IPI) melaporkan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto tetap kokoh di basis suara dengan raihan angka elektabilitas sangat signifikan jika dibuat simulasi head to head dengan Anies Rasyid Baswedan pada Pilpres 2024. Prabowo unggul jauh jika berlawanan dengan eks gubernur DKI Jakarta tersebut.
Merujuk hasil survei IPI periode 20-24 Juni 2023, Prabowo meraih suara sebanyak 56,2 persen. Torehan tersebut jauh lebih unggul di atas Anies yang hanya mendapatkan angka sebesar 29,6 persen. "Kelihatan Prabowo makin jauh keunggulannya kalau head to head lawan Anies," ucap Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi dikutip di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Tingginya suara Prabowo saat berhadapan dengan Anies karena mendapat dukungan tambahan dari kalangan pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain itu, ada pendukung Ganjar Pranowo juga kemungkinan pindah ke Prabowo jika gubernur Jawa Tengah tersebut tidak masuk ke dalam putaran kedua. Hal itu terjadi jika putaran kedua menyisakan Prabowo versus Anies.
Tingginya dukungan Prabowo saat berhadapan dengan Anies lantaran gabungan dari dua basis pendukung yakni basis pendukung Jokowi dan massa setianya Prabowo sejak Pilpres 2014. Hal itu membuat Prabowo meraih hasil tertinggi melawan Anies.
Burhanuddin mengingatkan, meskipun Prabowo unggul, tapi raihannya jauh dari batas 50 persen sebagai angka kemenangan. Sehingga belum tentu juga Prabowo menang dalam satu putaran. Sehingga menurut undang-undang harus adanya putaran kedua.
"Selain itu, yang membuat elektabilitas Prabowo kian meningkat selain karena dukungan basis Jokowi juga basis pendukung Prabowo yang lama ternyata ada peningkatan tajam nih," ujar Burhanuddin.
Sedangkan Anies, mayoritas pendukungnya adalah pecahan dari basis Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Hal itu menurut Burhanuddin masih bisa kembali lagi dan hilang dari basis Anies jika Prabowo melakukan banyak gebrakan perubahan dan mengukir prestasi.
"Jadi pendukung Anies ini sebagian besar dari pendukung Prabowo terutama pada Desember 2022 hingga Februari 2023. Tapi ketika Prabowo mulai kerja, pemilih yang sempat pindah ke lain hati, itu pindah lagi ke Prabowo," kata Burhanuddin.