Selasa 25 Jul 2023 10:30 WIB

Dua Mantan Dubes AS untuk Israel Inginkan Washington Akhiri Bantuan ke Tel Aviv

Sudah saatnya mengakhiri bantuan 3,8 miliar dolar AS yang diberikan setiap tahun

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Dua mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Israel, salah satunya Martin Indyk mengatakan bahwa sudah saatnya mengakhiri bantuan sebesar 3,8 miliar dolar yang diberikan kepada Israel setiap tahun
Foto: AP/Charles Dharapak
Dua mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Israel, salah satunya Martin Indyk mengatakan bahwa sudah saatnya mengakhiri bantuan sebesar 3,8 miliar dolar yang diberikan kepada Israel setiap tahun

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dua mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Israel telah menyerukan diakhirinya bantuan Washington kepada negara pendudukan tersebut. Kedua mantan dubes AS itu berbicara kepada kolumnis New York Times, Nick Kristof, salah seorang yang berpengaruh di kalangan liberal.

Dua mantan duta besar AS untuk Israel itu, Dan Kurtzer dan Martin Indyk, mengatakan bahwa sudah saatnya mengakhiri bantuan sebesar 3,8 miliar dolar yang diberikan kepada Israel setiap tahun karena bantuan tersebut tidak lagi melayani kepentingan AS.

Baca Juga

"Ekonomi Israel cukup kuat sehingga tidak membutuhkan bantuan. Bantuan keamanan mendistorsi ekonomi Israel dan menciptakan rasa ketergantungan yang salah," kata Kurtzer dalam sebuah email kepada Kristof.

"Bantuan tidak memberi AS pengaruh atau pengaruh terhadap keputusan Israel untuk menggunakan kekerasan. Karena kita hanya diam saja ketika Israel melakukan kebijakan yang kita lawan, kita dipandang sebagai 'pendukung' pendudukan Israel."

"Bantuan AS menyediakan bantalan miliaran dolar yang memungkinkan Israel menghindari pilihan sulit untuk membelanjakan uangnya sendiri dan dengan demikian memungkinkan Israel membelanjakan lebih banyak uang untuk kebijakan-kebijakan yang kami lawan, seperti permukiman," kata Kurtzer menambahkan.

Sementara itu, Martin Indyk, yang pernah menjabat dua kali sebagai duta besar Amerika untuk Israel, juga mendukung penghentian bantuan. "Israel mampu membelinya, dan akan lebih sehat bagi hubungan ini jika Israel berdiri di atas kedua kakinya sendiri," katanya kepada Kristof.

Komentar-komentar dari para mantan duta besar tersebut muncul di saat yang kritis dalam hubungan AS-Israel, yang merupakan hubungan terburuk dalam sejarah. Presiden AS Joe Biden sangat kritis terhadap pemerintahan sayap kanan Benjamin Netanyahu karena rencana Netanyahu untuk merombak peradilan Israel, yang dipandang secara luas sebagai garis pertahanan terakhir melawan otoritarianisme di negara itu.

Kombinasi antara memudarnya kemungkinan solusi dua negara dan munculnya politisi sayap kanan, seperti pemukim ultranasionalis Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, dimana kedua mereka adalah seorang murid dari teroris Israel kelahiran AS dan supremasi Yahudi, Baruch Goldstein.

Baruch Goldstein dikenal orang yang menyerang jamaah Palestina yang sedang sholat di Masjid Ibrahimi Hebron pada tahun 1994. Dalam penyerangan itu, setidaknya ia telah menewaskan 29 orang dan melukai 150 orang lainnya, penyerangan itu telah memicu perdebatan sengit mengenai hubungan AS dan Israel.

Alasan-alasan klise untuk membenarkan dukungan AS terhadap Israel....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement