REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Ada sejumlah alasan klise yang sering digunakan untuk membenarkan dukungan Amerika Serikat terhadap Israel. Misalnya saja klaim bahwa Israel adalah "satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah", "nilai-nilai yang sama" di antara kedua negara, dan bahwa negara pendudukan itu adalah "sekutu strategis" Washington. Alasan-alasan itu kini telah mendapat sorotan tajam. Terlebih lagi dukungan berupa dana yang besar terus menerus diberikan AS kepada Israel.
Bantuan tahunan sebesar 3,8 miliar dolar AS untuk Israel lebih dari 10 kali lipat lebih banyak dari yang dikirim AS ke negara-negara yang berpenduduk lebih banyak. Masalah ini akan ditinjau kembali pada tahun 2028.
"Ada pembicaraan serius yang harus dilakukan menjelang nota kesepahaman berikutnya tentang bagaimana cara terbaik untuk menggunakan 40 miliar dolar uang pajak AS," kata Jeremy Ben-Ami, presiden kelompok advokasi J Street, seperti yang dilaporkan oleh New York Times.
"Namun, alih-alih diskusi keamanan nasional yang serius, Anda mungkin akan mendapatkan campuran beracun dari pertikaian partisan dan calo politik." Ia menambahkan bahwa diskusi ini kemungkinan akan menarik mengingat Israel semakin menjadi isu dua kubu di Washington.
Sebelumnya, dua mantan duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Israel telah menyerukan diakhirinya bantuan Washington kepada negara pendudukan tersebut. Kedua mantan dubes AS itu berbicara kepada kolumnis New York Times, Nick Kristof, salah seorang yang berpengaruh di kalangan liberal.
Dua mantan duta besar AS untuk Israel itu, Dan Kurtzer dan Martin Indyk mengatakan bahwa sudah saatnya mengakhiri bantuan sebesar 3,8 miliar dolar yang diberikan kepada Israel setiap tahun karena bantuan tersebut tidak lagi melayani kepentingan AS.
"Ekonomi Israel cukup kuat sehingga tidak membutuhkan bantuan. Bantuan keamanan mendistorsi ekonomi Israel dan menciptakan rasa ketergantungan yang salah," kata Kurtzer dalam sebuah email kepada Kristof.
Martin Indyk, yang pernah menjabat dua kali sebagai duta besar Amerika untuk Israel, juga mendukung penghentian bantuan. "Israel mampu membelinya, dan akan lebih sehat bagi hubungan ini jika Israel berdiri di atas kedua kakinya sendiri," katanya kepada Kristof.