Rabu 26 Jul 2023 05:15 WIB

Vandalisme Pemakaman Muslim Kemunting Malaysia Tuai Kritik

Lebih dari 50 pemakaman dirusak dengan kata-kata dari cat berwarna merah dan biru.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Pemakaman Muslim Kemunting di Bintulu, Serawak, Malaysia, mengalami vandalisme
Foto: AP/Binsar Bakkara
Pemakaman Muslim Kemunting di Bintulu, Serawak, Malaysia, mengalami vandalisme

REPUBLIKA.CO.ID, BINTULU -- Pemakaman Muslim Kemunting di Bintulu, Serawak, Malaysia, mengalami vandalisme. Lebih dari 50 pemakaman dirusak dengan kata-kata dari cat berwarna merah dan biru.

Berdasarkan foto yang diunggah di laman Facebook Pengurus Jenazah Bintulu, para pelaku menggunakan cat untuk menuliskan kata-kata kotor dan tanda lain di makam tersebut.

"Tuhan telah memberi mereka (pengacau) otak, tetapi mereka tidak menggunakannya sama sekali," tulis seseorang di bagian 'komentar' unggahan tersebut, dikutip di Malay Mail, Senin (25/7/2023).

“Ini adalah penodaan. Pihak berwenang harus segera pergi dan menangkap para pelakunya,” komentar pengguna Facebook lainnya.

Berdasarkan informasi yang ada, pihak kepolisian disebut telah melakukan peninjauan ke pemakaman untuk menilai situasi yang ada. Mereka juga menyebut penyelidikan sedang dilakukan.

Pada April 2023, sebelas makam di Pemakaman Muslim Mukim Tebrau di Taman Istimewa, Pandan, dirusak untuk diambil batu nisannya. Banyak yang meyakini batu nisan ini dicuri untuk dijual kembali.

Sebuah pemeriksaan di pemakaman menemukan bahwa sebagian besar penanda kuburan yang dicuri adalah nisan batu kali, yang harganya lebih dari 450 ringgit (Rp 1,470 juta) satu set.

Salah satu penggali kubur, Muhammad Izzul Hafiq Ramlan, mengatakan beberapa pengunjung yang terkejut bertanya padanya tentang batu nisan yang hilang. Mereka hendak mengunjungi makam kerabat di pagi Idul Fitri 1444 H, sebelum berita vandalisme menjadi viral di Facebook.

Dia mengatakan pemakaman di tanah wakaf (umum) itu terkena gangguan karena tidak dikunci, atas permintaan publik, untuk memudahkan kunjungan kerabat terdekat. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada yang menjaga makam ini di malam hari.

"Kami menduga perusakan ini dilakukan pada saat tidak ada pemakaman, kemungkinan pada malam hari, (dan) sebagian besar nisan yang dicuri adalah batu kali karena bisa dijual kembali dan nama almarhum bisa dihapus," ujar dia.

Pria berusia 29 tahun ini mengatakan batu nisan putih senilai 350 ringgit per-setnya juga dicuri. Ini adalah insiden pertama sejak pemakaman dibuka pada awal tahun 90-an.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement