REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --President Director PT Java Festival Production, Dewi Gontha, ikut buka suara mengenai tindakan tak beradab yang dilakukan The 1975 di acara musik Good Vibes Festival di Malaysia. Menurut dia, musisi yang memiliki kepekaan pasti akan bertanya mengenai apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan di suatu negara.
"Saya juga tidak mau menilai artisnya, tapi untuk seorang penampil tetap harus menghargai aturan di masing-masing daerah,” kata Dewi yang juga merupakan Ketua Bidang Program dan Pengembangan APMI saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (25/7/2023).
Seandainya musisi tidak bertanya dengan pihak promotor terkait peraturan di suatu tempat, biasanya pihak promotor yang akan menyampaikan sendiri, utamanya jika menyangkut hal sensitif. Misalnya, terkait kalimat tak pantas yang diucapkan The 1975, mungkin bagi mereka normal, tapi bagi masyarakat di Malaysia itu tidak pantas.
Begitu juga di Indonesia, sekira ada yang tidak umum, maka pihak promotor akan mengingatkan para musisi. Meski begitu, terkait apa yang terjadi di panggung, pihak promotor murni tidak tahu apa yang akan penampil lakukan atau ucapkan, meskipun sudah diberi peringatan di awal.
Begitu pula untuk penampil internasional lainnya yang akan tampil, misalnya Coldplay yang akan konser di Indonesia pada 15 November 2023, tim promotor pasti sudah membicarakan hal yang boleh dan tidak boleh. “Saya nggak bisa bicara soal musisinya. Kita nggak tahu apa yang akan mereka lakukan di atas panggung. Cuma perihal ini pasti sudah dibicarakan oleh teman-teman penyelenggara dengan pihak mereka gitu. Consent-consent-nya apa,” ujar Dewi.
Dia mengatakan, Indonesia memiliki semacam badan sensor untuk mengurus perizinan. Pihak promotor juga akan memiliki kacamata tersendiri untuk memilih artis internasional yang akan tampil.
“Kalau dari pengalaman saya sebagai Java Festival, semua negara punya aturan sendiri. Karena kalau Indonesia juga ada badan sensor dan lain-lainnya ya untuk urusan perizinan,” kata dia.