REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir mengancam memberikan sanksi berat bagi wasit "nakal".
Seperti diketahui, para wasit ini diberikan kewenangan untuk memimpin pertandingan seluruh Liga di Indonesia, termasuk BRI Liga 1 yang kini telah memasuki pekan keempat.
Saat ini, sambung Erick, ada beberapa wasit yang dipanggil Bareskrim Polri. Mereka terindikasi melakukan permainan pengaturan skor di beberapa laga yang sudah lewat.
Meski dipanggil Kepolisian, tentu para wasit tersebut bersalah. Hanya wasit yang terlibat pengaturan skor yang akan menerima sanksi.
"Ada tiga yang harus kita tingkatkan. Pertama, perwasitan, bahwa kalau ada wasit yang nakal pasti saya gigit, dan buktinya kan sudah ada beberapa yang dipanggil Bareskrim Polri kemarin, tapi bukan berarti mereka ditangkap karena apa-apa, kan belum terbukti. Jadi, intinya kalau mereka ikut main pengaturan skor, pasti ditangkap," kata Erick Thohir dalam keterangannya, dikutip Selasa (25/7/2023).
Selain hukuman dari kepolisian, sanksi larangan memimpin pertandingan seumur hidup menanti bagi wasit yang ikut terlibat permainan pengaturan skor.
"Dan kalau ditangkap oleh kepolisian, ya, dari kami pasti hukuman seumur hidup. Tapi ini kan perlu bukti," ujarnya.
Kendati menyiapkan sanksi tegas, Erik mengungkapkan, penting pula mengedepankan dan mengukur kemampuan wasit. Pasalnya, wasit pun mengalami tekanan di lapangan saat memimpin pertandingan.
"Tetapi ada juga yang wasit, ya, karena mereka meniup salah karena mereka mungkin kemampuan atau tekanan di lapangan, nah itu memang harus ada hukuman-hukuman yang berbeda," terangnya.
Erik mengaku tak main-main soal hukuman yang akan di jeratkan bagi wasit "nakal". Menurutnya, sanksi tersebut diusulkan untuk membangun integritas wasit di Indonesia.
Bahkan, untuk menunjang hak itu, bukan hanya sanksi yang disiapkan olehnya, sejumlah pelatihan yang menunjang kinerja wasit pun telah disiapkan.
"Satu, kita gigit kalau ada main-main, pihak kepolisian sudah siap. Kedua, kalau memang meniup salah, kapabilitasnya kita didik, kita dorong. Kemarin ada pelatihan sudah dua kali. Yang ketiga, teknologi, sehingga mengurangi kesalahan. Tetapi yang paling penting, bagaimana kita menuju Februari 2024 supaya bisa menekan kekurangan-kekurangan ini," ujar Erik.
Selain itu, fasilitas penunjang yang lain seperti tunjangan BPJS untuk wasit sudah disiapkan. Menurutnya, apa yang difasilitasi PSSI harus dimaknai lebih oleh para wasit. PSSI serius memikirkan kesejahteraan wasit tanah air.
"Kalau yang lainnya saya rasa perwasitan sudah kasih BPJS semua, lalu penggajian pun bahkan kalau setahun niup 17 sampai 15 kali itu sudah standardisasi, dan ini yang kita dorong," bebernya
Selain menyoroti kinerja wasit, pihaknya mendorong perubahan di tubuh pemain ke 12 atau suporter. Sejauh ini, baru ada opsi pengurangan poin bagi klub yang suporternya yang berulah. Namun, aturan tersebut tidak dijelaskan detail, bahkan cenderung tak ada di dalam BRI Liga 1.
"Lalu yang kedua, mengenai suporter, memang ada dorongan sudah pengurangan poin di klub biar kapok, ya. Tapi kan begini, ini kan transisi, ya aturan liga tidak ada itu. Tentu harus diperbaiki aturannya dan itu perlu kesepakatan antara PSSI dan liga," kata Erik.
Meski supporter merupakan ranah independen, pihaknya terus berupaya melakukan perubahan. "Karena liga ini kan independen, PSSI cuma punya saham itu 1 persen, nah, tapi kita dorong," ungkapnya.