Selasa 25 Jul 2023 18:32 WIB

PKB Singgung Restu Jokowi Jadi Pertimbangan Capres-Cawapres KKIR

PKB sebut Presiden Jokowi menjadi pertimbangan capres dan cawapres KKIR.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid. PKB sebut Presiden Jokowi menjadi pertimbangan capres dan cawapres KKIR.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid. PKB sebut Presiden Jokowi menjadi pertimbangan capres dan cawapres KKIR.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengungkap adanya variabel yang membuat koalisinya dengan Partai Gerindra belum mengumumkan pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Ia menyebutnya sebagai variabel langit.

"Namanya juga takdir kata Gus Muhaimin, takdirnya mungkin perlu agak lama perlu variabel yang lain yang harus dipertimbangkan," ujar Jazilul di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Baca Juga

"Variabel langit berarti, kan namanya takdir, manusia itu tunggu takdirnya ini sudah 11 bulan," sambungnya.

Ditanya lebih lanjut maksud variabel langit tersebut, ia menyinggung restu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertimbangan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Namun, ia juga menyebut adanya pertimbangan lain yang membuat kedua partai belum mengumumkan bakal capres-cawapresnya.

"Restu Pak Jokowi sebagai variabel langit ya bisa jadi, tapi bagi kami memang tidak mudah ya untuk memutuskan. Ya banyak godaan kan, banyak pertimbangan juga, sama kita juga menimbang-nimbang juga, kita juga kan melakukan pertimbangan terhadap partai apa pun juga," ujar Jazilul.

Kendati demikian, pihaknya terus mendorong Abdul Muhaimin Iskandar maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, yang sudah diamanatkan Muktamar PKB. Apalagi Muhaimin memiliki nilai lebih dalam meningkatkan suara Prabowo di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya disebutnya sudah terbentuk selama 11 bulan, sejak dideklarasikan pada Agustus 2022. Partai Gerindra dan PKB juga sudah menyepakati piagam deklarasi yang menyerahkan kewenangan Pilpres 2024 kepada Prabowo dan Muhaimin.

PKB sendiri sudah terbiasa dengan kode-kode yang kerap dikaitkan terhadap Menteri Pertahanan (Menhan) itu. Namun tegasnya, pihaknya mendorong Muhaimin untuk maju pada kontestasi nasional mendatang.

"Gus Muhaimin dengan PKB syaratnya Gus Muhaimin masuk dalam kertas suara pilpres, jadi jelas jadi Pak Muhaimin tidak jalan sendiri. Pak Muhaimin berjalan dengan membawa mandat dan amanat muktamar dan amanat para kiai," ujar Wakil Ketua MPR itu.

Sebelumnya, Muhaimin menyinggung partainya yang sudah berkoalisi dengan Partai Gerindra selama 11 bulan. Dalam pidatonya pada Harlah ke-25 PKB, ia juga menyinggung takdir yang akan menentukan nasibnya.

Awalnya, ia membuka pidatonya dengan berterima kasih kepada ketua umum partai politik yang hadir langsung dalam Harlah ke-25 PKB. Pertama kali yang disebutkannya adalah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Hadir bersama kita Ketua Umum Gerindra Pak Haji Prabowo, tepuk tangannya dahsyat penuh rasa cinta. Mohon maaf Mbak Puan (Prabowo) saya sebut pertama karena kita sudah koalisi 11 bulan lamanya, hanya, hanya takdirlah yang menentukan nasib kita," ujar Muhaimin membuka pidatonya pada Harlah ke-25 PKB, Ahad (23/7/2023).

"Pak Prabowo jauh-jauh terbang acara di Paris langsung mendarat di Jakarta, langsung ke Solo demi kalian-kalian ini," sambung Muhaimin disambut teriakan dukungan kepada Prabowo oleh kader PKB.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement