Rabu 26 Jul 2023 06:16 WIB

Sepanjang Juli, Cuaca Ekstrem Telah Menyebabkan Malapetaka

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca buat gelombang panas Eropa capai 2,5 Celsius

Red: Esthi Maharani
Yunani sering dilanda kebakaran hutan selama bulan-bulan musim panas.
Foto: AP
Yunani sering dilanda kebakaran hutan selama bulan-bulan musim panas.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sepanjang Juli, cuaca ekstrem telah menyebabkan malapetaka. Cina, Amerika Serikat, dan Eropa selatan mencatat kenaikan suhu ekstrem yang memicu kebakaran hutan, kekurangan air, dan peningkatan rawat inap rumah sakit terkait panas. Selama akhir pekan, ribuan wisatawan dievakuasi dari Pulau Rhodes, Yunani untuk menghindari kebakaran hutan yang disebabkan oleh gelombang panas.

Menurut studi World Weather Attribution, tim ilmuwan global yang meneliti dampak perubahan iklim dalam cuaca ekstrem mengatakan, tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, peristiwa gelombang panas sangat jarang terjadi.

Baca Juga

"Suhu Eropa dan Amerika Utara hampir tidak mungkin tanpa efek perubahan iklim. Di Cina, sekitar 50 kali lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan masa lalu," kata Izidine Pinto dari Institut Meteorologi Kerajaan Belanda, salah satu penulis studi tersebut.

Tim Atribusi Cuaca Dunia memperkirakan, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca membuat gelombang panas Eropa mencapai 2,5 Celcius (4,5 Fahrenheit) lebih panas daripada yang seharusnya.  Mereka juga menaikkan gelombang panas Amerika Utara sebesar 2 derajat Celcius dan gelombang panas di Cina sebesar 1 derajat Celcius.