Pada 2013 saya mengikuti Ekspedisi NKRI di Sulawesi Utara selama empat bulan. Di sinilah saya mendapat cerita mengenai peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Utara bersama Legium Cristum mencegah terjadinya potensi kerusuhan pada Ramadhan 2002.
Tiap ramadhan, Jl WR Supratman Manado selalu ramai oleh pedagang musiman yang berjualan menu buka puasa. Di jalan ini ada Masjid Raya Ahmad Yani dan kantor MUI Sulawesi Utara. Pada Ramadhan 2002, ada 15 truk dari Tomohon, berisi pemuda yang tergabung dana Brigade Manguni, sedang menuju Manado. Mereka ingin membantu aparat menertibkan pedagang kaki lima musiman di Jl WR Supratman itu.
Tokoh Legium Christum segera memberi tahu MUI Sulawesi Utara mengenai hal ini dan, MUI Sulawesi Utara pun menyampaikannya ke Polda. Polisi pun segera mencegah rombongan truk itu masuk Manado. Keributan pun tak terjadi. Brigade Manguni dikenal sebagai milisi dari kalangan Protestan. Sedangkan, Legium Kristum adalah milisi dari kalangan Katolik.
Pemimpin organisasi keagamaan di Sulawesi Utara pada 1998 telah membuat kesepakatan bekerja sama mencegah munculnya kekerasan karena sentimen agama. Maka, ketika pada April 2004 pecah kekerasan di Maluku Utara, tokoh-tokoh penting Sulawesi Utara menyerukan agar masyarakat Minahasa tidak lagi menerima pengungsi Kristen dari provinsi di sebelah timurnya itu.
Konflik di Maluku yang terjadi pada 1999 telah 80 ribu warga Kristen dari Maluku mengungsi ke Manado. Mereka membawa sekaligus dendamnya terhadap Muslim. Lalu pada 2004, konflik di Poso telah menggerakkan Brigade Manguni turun ke jalan, melakukan protes dengan arak-arakan sepeda motor.
Benar catatan David Henley, Maria Schouten, dan Alex Ulaen tentang Minahasa. ''Tak banyak tanda-tanda konflik atau represi politis,'' tulis mereka di buku Politik Lokal di Indonesia (Obor-KITLV, Jakarta, 2007). Catatan itu mengacu pada kurun krisis politik 1998, ketika daerah-daerah lain meninggalkan banyak sisa konflik dan represi politis. Henley dkk menggarisbawahi bahwa ''orang-orang di Minahasa mempunyai kepercayaan yang sangat kuat pada rule of law''.
Catatan itu juga mengacu pada maraknya konflik yang dipicu sentimen agama di sekeliling Sulawesi Utara. Ketika konflik karena sentimen agama pecah di sekelilingnya, Sulawesi Utara terbebas dari konflik itu. Masyarakat sipilnya memegang teguh toleransi demi terjaganya keamanan.
Priyantono Oemar