REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran mengatakan, musuh bebuyutannya Israel berada di jalur keruntuhan dan perpecahan. Pernyataan ini mengacu pada perpecahan dalam masyarakat Israel atas perombakan peradilannya yang kontroversi.
"Hari ini, khususnya, adalah hari terburuk dalam sejarah entitas, seperti yang dikatakan beberapa orang," kata pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi mengacu pada Israel.
Parlemen Israel telah meratifikasi Rancangan Undang-Undang (RUU) pertama dari perombakan yang diminta oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin (24/7/2023). Pemungutan suara ini dilakukan usai upaya kompromi terakhir gagal dan menghadirkan krisis konstitusional yang mengguncang negara selama berbulan-bulan.
Hizbullah telah berperang dalam banyak konflik dengan Israel sejak didirikan oleh Pengawal Revolusi Iran pada 1982. “Inilah yang menempatkannya pada jalur keruntuhan, fragmentasi, dan penghilangan, Insya Allah,” ujar Nasrallah merujuk pada Tel Aviv.
Netanyahu berharap koalisi agama-nasionalisnya akan mencapai kesepakatan dengan oposisi mengenai rencana perombakan peradilan yang diperebutkan pada akhir November. Namun krisis di Israel telah menyebabkan perpecahan yang mendalam dalam masyarakat dan telah merembes ke dalam militer.
Para pemimpin protes mengatakan ribuan sukarelawan cadangan tidak akan melapor untuk bertugas jika pemerintah melanjutkan rencana tersebut. Mantan petinggi memperingatkan bahwa kesiapan perang Israel dapat berisiko.