REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan, saat ini, sedang fokus membangun fasilitas pengelolaan sampah dengan metode refuse derived fuel (RDF). Pasalnya, pembiayaan RDF lebih murah, dan hasil pengelolaannya bisa menjadi bahan bakar alternatif pabrik semen.
"ITF bukan dibatalkan, tapi memang saat ini Pemprov DKI lagi fokus ke RDF gitu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Dia menjelaskan, pembiayaan fasilitas RDF juga lebih murah ketimbang
intermediate treatment facility (ITF). Kemudian, durasi pembangunan lebih cepat dan hasil pengelolaan dari RDF bisa menjadi bahan bakar alternatif pabrik semen.
"RDF memang lebih cocok untuk menanggulangi masalah sampah di Jakarta. Lalu, dari sisi pembiayaan investasi lebih murah, biaya operasional murah, pembangunannya juga lebih cepat. Kemudian hasilnya pun bisa kita jual ke pabrik semen," kata Asep.
Sedangkan ITF pembangunannya butuh waktu tiga tahun. Pun dengan nilai investasi pembangunan ITF bisa empat kali dari pengelolaan RDF. Belum lagi, biaya operasionalnya juga jauh lebih tinggi.
Asep menambahkan, nantinya, Pemprov DKI akan membangun dua fasilitas RDF dalam waktu dekat. Hanya saja, ia mengaku, saat ini, sedang mencari sumber pendanaan. "Apakah dari APBD atau dari sumber lainnya," katanya.
Sebelumnya, Pemprov DKI menyatakan akan fokus pada pengembangan pengelolaan sampah dengan metode RDF. Bersamaan dengan itu, pembangunan proyek ITF Sunter, Jakarta Utara, dinyatakan batal. "Iya (proyek ITF Sunter disetop)," ujar Pj Heru Budi Hartono menyinggung proyek ITF Sunter yang menelan dana Rp 577 miliar.