Kamis 27 Jul 2023 05:23 WIB

Niat Puasa Asyura 10 Muharram

Puasa Asyura adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada bulan Muharram.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Niat Puasa Asyura 10 Muharram.  Foto: Ilustrasi menunggu waktu berbuka puasa.
Foto: Prayogi/Republika
Niat Puasa Asyura 10 Muharram. Foto: Ilustrasi menunggu waktu berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON –  Umat islam sudah memasuki bulan Muharram di tahun  1445 hijriyah. Di bulan Muharram ini, ada salah satu amal ibadah sunnah yang dinantikan umat Islam.

Ibadah sunnah itu adalah puasa Asyura. Puasa sunnah ini dilakukan pada 10 Muharram.  Dalam sabdanya, Rasululullah SAW berkata:

Baca Juga

“Sesungguhnya hari Asyura adalah hari-hari Allah, maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah pada hari itu, dan barang siapa yang tidak ingin, maka ia boleh meninggalkannya”. (shahih muslim No. 1901).

Asal Mula Dianjurkan Puasa Asyura

Ibnu Abbas berkata, Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah. Dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram). Maka nabi bertanya: “Ada apa ini? Jawab mereka: hari baik, saat Allah membebaskan Nabi Musa dan bani Israil dari musuh mereka, hingga membuat Musa berpuasa karenanya.” 

Maka Nabi Muhammad SAW bersabda: “Saya lebih hormat terhadap Musa dari kamu.” Lalu beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang untuk berpuasa.

Dalam riwayat lainnya diceritakan bahwa Abdullah Ibn Umar radliyahu ‘anhu berkata: “Bahwa orang-orang jahiliyah dahulu selalu berpuasa pada hari Asyura. Dan bahwa nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin juga berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkan puasa Ramadhan.”

Namun untuk membedakan dengan Yahudi yang juga puasa di hari Asyura, Nabi mengajarkan umatnya untuk berpuasa di tanggal 9 Muharram. Puasa ini disebut dengan puasa Tasua. Hal ini berdasarkan hadits:

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement