REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Masyarakat di Malang Raya mengalami kesulitan dalam mencari elpiji subsidi ukuran tiga kilogram selama beberapa waktu terakhir. Padahal keberadaan gas tersebut penting untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
Terkait kondisi tersebut, Area Manajer Communication, Relations & CSR Pertamina Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, ikut memberikan tanggapannya. Menurut dia, rata-rata konsumsi di Malang Raya sekitar 156 ribu tabung per hari.
"Di Kota Malang ada 731 pangkalan resmi elpiji Pertamina sedangkan Kabupaten Malang ada 1.994," kata Ahad saat dikonfirmasi Republika, Kamis (27/7/2023).
Menurut Ahad, kondisi yang terjadi di Malang Raya belum tentu mengindikasikan adanya kelangkaan elpiji subsidi. Situasi tersebut dapat juga indikasi adanya peningkatan permintaan.
Hal ini karena ketersediaan dan stok elpiji subsidi di pangkalan masih tersedia. Menindaklanjuti kondisi itu, maka pihaknya menilai perlunya pengawasan distribusi elpiji subsidi agar tepat sasaran dari berbagai pihak.
Salah satunya dengan penyesuaian data pelanggan yang membeli di pangkalan. Di samping itu, Ahad mengungkapkan, pihaknya kemungkinan akan melakukan sidak bersama sejumlah instansi lain termasuk Polresta Malang Kota (Makota).
Adapun untuk jadwal sidaknya masih menyesuaikan dengan ketentuan dari Polresta Makota. Pada kesempatan lain, Wali Kota Malang, Sutiaji, mengaku sudah menerima laporan adanya kelangkaan elpiji subsidi dari masyarakat.
Namun dia mengklaim sudah melakukan mitigasi dan meminta ada tambahan stok elpiji subsidi. Tambahan stok elpiji ini diperlukan mengingat terdapat tambahan mahasiswa baru di universitas wilayah Malang.
"Jadi kemarin memang tidak terduga (permintaan elpiji). (Stoknya) sama dengan tahun-tahun kemarin untuk cadangannya tetapi ternyata itu (sekarang) luar biasa (permintaannya) dan hari-hari ini kan banyak hari libur yang berhimpitan," jelas pria berkacamata ini.
Menurut Sutiaji, stok elpiji subsidi di Kota Malang sebenarnya masih aman. Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada permainan di tingkat agen maupun distributor.
Namun saat ini yang ditangani oleh pemerintah pusat adalah bagaimana elpiji subsidi itu benar-benar digunakan oleh masyarakat tidak mampu.
"Karena ada krisis energi, harapannya yang bersubsidi ini benar-benar yang nerima orang yang tidak mampu. Banyak orang yang mampu tapi dia pakai tabung tiga kg," kata dia menambahkan.
Selanjutnya, Sutiaji menegaskan akan semakin memperkuat langkah mitigasi terkait masalah elpiji subsidi. Salah satunya dengan kebijakan pembatasan jumlah elpiji subsidi yang dibeli oleh masing-masing warung dari lima menjadi tiga tabung.