Kamis 27 Jul 2023 17:46 WIB

Sinergi Perempuan Pengurus Ponpes dan Mubalighah Berperan Majukan Pesantren

Keduanya bersinergi dalam memberikan pendidikan spiritualitas dan mentalitas.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Wakil Gubernur (Wagub) Jawa tengah, Taj Yasin Maimoen, saat memberikan sambutan pada acara pelantikan pengurus Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah (JP3M) Jawa Tengah periode 2023- 2028, di gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Kamis (27/7).
Foto: Dokumen
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa tengah, Taj Yasin Maimoen, saat memberikan sambutan pada acara pelantikan pengurus Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah (JP3M) Jawa Tengah periode 2023- 2028, di gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Kamis (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Para pengasuh pondok pesantren (ponpes) memiliki peran yang sangat besar untuk memajukan dan mengembangkan pesantrennya. Karena pengasuh inilah yang memegang kendali manajemen pondok pesantren, baik dari sisi lembaganya, pendidikan, hingga aktivitas para santri di dalam lingkungan pondok.

“Maka, kalau bicara pengasuh pondok pesantren, beliau-beliau yang berdiam di pondok pesantren inilah yang berperan,” kata Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat menghadiri pelantikan Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighah (JP3M) Jateng, di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Kamis (27/7).

Menurut wagub, para pengasuh pondok pesantren memiliki peran dalam memelihara pesantren, memelihara santri, memberikan pendidikan, hingga berbagai kebutuhan yang ada di lingkungan pesantrennya.

Dalam melaksanakan kewajiban penyelenggaraan pendidikan di lingkungan pesantren juga melibatkan mubalighah atau yang pendakwah. Oleh karena itu, sinergi perempuan pengurus ponpes dan mubalighah sangat strategis bagi kemajuan pesantren.

“Keduanya bersinergi dalam memberikan pendidikan spiritualitas, mentalitas, moralitas, serta karakter mulia kepada para santri dan masyarakat,” jelas Taj Yasin dalam pengarahan pada acara pelantikan ini.

Wagub menginginkan, kedua sisi yang memiliki peran penting tersebut harus digabungkan, harus ada musyawarah, sinergi bagaimana mendidik di dalam (pondok), akan tetapi juga bisa diterima oleh masyarakat.

“Misalnya, bagaimana dakwah itu dilakukan dengan metode yang tidak keras (nggak boleh) ngomongnya ndak baik, harus bisa menjaga kepercayaan masyarakat, kemaslahatan dan seterusnya,” kata Taj Yasin.

Budaya dalam pondok pesantren, masih jelas wagub, adalah langsung memberikan contoh yang bisa diteladani warga pondok pesantren dan menular di lingkungan sekitarnya. “Keteladanan ini diharapkan bisa mencegah terjadinya kekerasan yang bisa menimpa siapa saja,” ungkapnya.

Sementara itu, pelantikan pengurus baru JP3M Jateng periode 2023- 2028 di bawah kepemimpinan Hj Nawal Arafah Yasin dilakukan oleh Ketua Umum (Ketum) JP3M, Hj Hannik Maftukhah Afif.

Pelantikan pengurus baru diharapkan akan memperkuat peran organisasi yang merupakan wadah bagi perempuan pengasuh pesantren dan mubalighah untuk berkhidmah mendakwahkan Islam ahlussunnah wal jama'ah tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement