REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sebanyak 14 anak calon siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Kota Depok terancam putus sekolah tahun ini. Mereka adalah siswa miskin yang tidak lolos dalam PPDB SMA Negeri 2023 di Kota Depok yang hingga kini belum terdaftar di sekolah manapun.
Belasan anak tersebut akhirnya melakukan aksi demonstrasi di depan SMA Negeri 3 Kota Depok, Kamis (27/7/2023) bersama orang tua dan relawan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kemudian diminta untuk memfasilitasi mereka agar segera mendapat tempat sekolah.
"Ada anak yang daftar ke SMK 2 itu yatim, rumahnya ngontrak terus ibunya pembantu rumah tangga, kemudian di SMA 5 juga demikian. Belum lagi di SMA 13 juga rumahnya di belakang sekolah, bayangin aja kartu-kartunya (PKH/KIP) juga lengkap, hanya penjahit keliling," jelas Koordinator aksi, Roy Pangharapan, Kamis (27/7/2023).
Dia menjelaskan, siswa-siswi yang melakukan aksi ini datang dari keluarga miskin dengan beragam kondisi. Sehingga harapan satu-satunya mereka untuk mendapat pendidikan hanya dari sekolah negeri yang biayanya terjangkau.
"Atas nama kemanusiaan, jadi mereka ini dari segi profesinya ini emang parah. Ada di SMA 3 itu dia guru honor istrinya lumpuh akhirnya anak ini yang mau sekolah ngikut ke neneknya. Neneknya juga bukan orang berada," katanya.
Roy menjelaskan, aksi demonstrasi ini merupakan buntut dari aspirasi mereka yang seakan diabaikan Pemprov Jawa Barat. Karena sebelumnya Roy mengaku telah melaporkan hal ini ke Gubernur Jawa Barat tapi sama sekali tidak mendapat respons.
"Kita aksi di SMA Negeri 3 yang terpaksa kita lakukan karena berbagai macam komunikasi yang kita lakukan itu buntu, untuk menyelamatkan siswa miskin yang belum dapat sekolah. Kebetulan juga di SMA Negeri 3 kita juga ada siswa miskin yang belum bisa bersekolah, jadi ini aksi dalam rangka agar siswa miskin bisa sekolah," ujarnya.