Kamis 27 Jul 2023 21:17 WIB

Ekosistem Mangrove yang Baik Dapat Minimalkan Dampak Bencana

Mangrove juga berperan sebagai Green Belt atau sabuk hijau.

Relawan mengganti tanaman mangrove yang mati dengan tanaman baru di kawasan konservasi mangrove, Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/5/2023). Keberadaan ekosistem mangrove memiliki banyak manfaat.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Relawan mengganti tanaman mangrove yang mati dengan tanaman baru di kawasan konservasi mangrove, Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/5/2023). Keberadaan ekosistem mangrove memiliki banyak manfaat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manager Kampanye Hutan dan Kebun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional Uli Arta Siagian mengatakan kawasan ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat meminimalisir dampak bencana dan kerentanan suatu wilayah. Di pesisir, mangrove juga berperan sebagai Green Belt atau sabuk hijau yang bisa meminimalisir erosi atau turunnya muka air tanah.

“Misalnya banjir atau air laut meluap ekosistem mangrove ini berfungsi untuk menahan laju air, sehingga kemudian keberadaannya dan tutupannya yang baik akan sangat mempengaruhi keselamatan dan mengurangi kerentanan di suatu wilayah," ucap Uli saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis (26/7/2023).

Baca Juga

Uli memberi contoh ekosistem mangrove yang ada di kota Palu, Sulawesi Tengah. Saat terjadi gempa dan tsunami, air laut tertahan magrove hingga dampak kerusakan menjadi minimal.

Selain berfungsi sebagai mitigasi bencana, ekosistem mangrove yang baik, menurut Uli, juga berperan untuk menyerap karbondioksida yang dilepas melalui kawasan-kawasan industri. Namun, jika kawasan mangrove rusak, maka pelepasan karbon dioksida yang dihasilkannya akan lebih besar dibandingkan dengan dampak yang sama dari kerusakan hutan.

“Jadi perbandingan ekosistem mangrove dan hutan ketika dia (mangrove) hilang maka karbon yang dilepaskan itu akan lebih besar dan beberapa kali lipat di kawasan mangrove ketimbang di hutan,” kata Uli.

Uli menyayangkan saat ini banyak ekosistem mangrove yang terancam dengan perizinan pertambangan di area ekosistem. Selain pertambangan, alih fungsi lahan mangrove menjadi perkebunan sawit dan kawasan pariwisata juga menjadi ancaman lainnya dalam keberlangsungan kehidupan mangrove.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement