REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengungkapkan alasan alumni beasiswa LPDP belum kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi di luar negeri. Saat ini sebanyak 137 alumni beasiswa LPDP yang masih betah di luar negeri.
Direktur LPDP Dwi Larso mengatakan, pihaknya telah melakukan pemanggilan dan pemeriksaan, mayoritas alumni yang belum pulang tersebut dikarenakan sakit, menunggu istrinya melahirkan, hingga ada yang melakukan riset tambahan. Hal itu diperbolehkan asal semua alumni tersebut sudah memperoleh izin dari pihak LPDP.
"Ada yang bilang "Pak maaf, saya lagi sakit dirawat di rumah sakit, mohon izin satu bulan lagi". Ada juga yang menunggu istrinya mau melahirkan, ada juga tambahan riset dan sudah dapat izin, seluruhnya kami proses," ujar Dwi kepada wartawan, Kamis (27/7/2023).
Menurutnya dari jumlah alumni yang masih di luar negeri sebanyak 137 orang, terdapat enam orang yang diberi sanksi ganti rugi. Mereka diminta untuk mengganti semua dana beasiswa yang dipakainya.
"Sekarang yang ada ditangan kita 137 yang terus kita tanyakan dari semuanya. Ada enam alumni LPDP yang kita beri hukuman ganti rugi. Enam orang itu lima di antaranya sudah lunas kewajibannya mengembalikan dananya dan satu masih mencicil. Ganti ruginya sebesar dana yang dikeluarkan," ucap dia.
Dwi menjelaskan, sejak LPDP berdiri 11 tahun lalu tercatat 413 alumni beasiswa LPDP yang belum kembali ke Tanah Air. Dia menyebut, pihak LPDP pun telah menindak para alumni tersebut.
"Saya perlu luruskan, angka yang sering muncul 413. Sebanyak 413 alumni yang dilaporkan tidak kembali sejak LPDP berdiri, jadi sudah 11 tahun. Nah 413 itu dikumpulkan dan diproses semua dipanggil dan dicek," kata Dwi.
Di samping itu, Dwi menyebut Indonesia sudah memiliki modal yang cukup kuat untuk menyongsong era bonus demografi pada 2045. "Saya melihat Indonesia sudah pantas untuk menjadi global player, bersaing di level global," ucapnya.
Bahkan, kata dia, hal itu sudah diprediksi sejumlah lembaga, yakni Indonesia akan menjadi negara maju 20 tahun ke depan. Namun, Indonesia sebagai negara maju hanya dapat dicapai dengan upaya sendiri.
"Kita tidak akan pernah maju oleh bantuan orang asing, negara asing," ucapnya.
Menurutnya sumber daya manusia Indonesia harus memiliki kemampuan mengarahkan bangsa ke arah yang lebih maju. Dia melihat perkembangan saat ini, sumber daya manusia Indonesia sudah berada arah yang benar untuk melompat maju.
"Saya yakin Indonesia layak mendapat yang terbaik," ucap Dwi.