Jumat 28 Jul 2023 04:01 WIB

Komandan Militer Niger Dukung Kudeta

Ratusan pendukung kudeta berkumpul di depan Majelis Nasional di ibukota Niamey.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.
Foto: AP
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY --Komando militer Niger mendukung kudeta yang dilakukan pada pasukan pengawal presiden Selasa (27/7/2023). Para komandan mengatakan prioritas mereka adalah  menghindari destabilisasi negara.

Ratusan pendukung kudeta berkumpul di depan Majelis Nasional di ibukota Niamey, memainkan musik pro-tentara di  langit mendung usai hujan lebat pada Rabu (27/7/2023) pagi.

Baca Juga

Beberapa orang melambaikan bendera Rusia dan meneriakkan slogan-slogan anti-Prancis. Menggemakan gelombang kebencian yang semakin besar terhadap mantan penjajah Prancis dan pengaruhnya di wilayah Sahel.

Dalam pernyataan yang ditandatangani kepala stafnya, tentara mengatakan mereka "memutuskan untuk mematuhi deklarasi"para pasukan yang mengumumkan dalam sebuah pidato di televisi pada Selasa tengah malam mereka telah mencopot kekuasaan Presiden Mohamed Bazoum.

"(Tentara perlu) menjaga integritas fisik" presiden dan keluarganya serta menghindari konfrontasi yang mematikan yang dapat menimbulkan pertumpahan darah dan mempengaruhi keamanan penduduk," kata komando militer Niger.

Junta di negara tetangga Mali dan Burkina Faso semakin dekat dengan Rusia sejak mereka mengambil alih kekuasaan, pada tahun 2020 dan 2022. Militer di dua negara itu memutuskan hubungan dengan sekutu tradisional Barat.

Sejak hubungan pemerintah dan militer memburuk yang mendorong penarikan pasukan asing, peran Niger menjadi semakin penting bagi negara-negara Barat yang membantu memerangi pemberontakan di Kawasan Sahel. Prancis memindahkan pasukannya ke Niger dari Mali tahun lalu.

Sebelumnya, ketika para pejabat Barat mengatakan status upaya kudeta di Niger masih belum jelas, Presiden Bazoum dan Menteri Luar Negeri Hassoumi Massoudou mendesak kekuatan-kekuatan demokratis di negara tersebut untuk melawan perebutan kekuasaan.

Kudeta Mali menandai kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 2020. Dalam komentar terpisah  Uni Afrika dan Jerman mengutuk kudeta tersebut dan menyerukan pembebasan Bazoum.

Pengambilalihan dimulai pada hari Rabu, ketika beberapa penjaga di istana kepresidenan di Niamey menghalau dan menghalangi presiden.

Pernyataan yang disiarkan di televisi dibacakan pada Rabu malam oleh seorang anggota angkatan udara bernama Kolonel Amadou Abdramane. Ia  juga mengumumkan semua kegiatan partai politik ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Di media sosial Bazoum bersumpah untuk melindungi demokrasi  yang telah diraih dengan susah payah.

Frustrasi atas kegagalan negara untuk mencegah serangan di kota-kota dan desa-desa sebagian memicu dua kudeta di Mali dan dua di Burkina Faso sejak tahun 2020.

Tidak segera jelas siapa yang akan mengambil alih dari Bazoum. Pengawal kepresidenan dipimpin oleh Jenderal Omar Tchiani, tetapi Abramane membacakan pernyataan yang disiarkan di televisi.

Duduk di sebuah kantor, bukan di studio televisi dan diapit oleh sembilan perwira lainnya yang mengenakan pakaian dinas, Abdramane mengatakan pasukan pertahanan dan keamanan telah bertindak sebagai tanggapan atas keamanan dan tata kelola pemerintahan yang buruk.

Uni Afrika dan blok regional Afrika Barat, ECOWAS, mengutuk upaya kudeta tersebut.

Presiden negara tetangga Benin, Patrice Talon, terbang ke Niger pada untuk melakukan mediasi setelah bertemu dengan Presiden Nigeria dan Ketua ECOWAS, Bola Tinubu. Belum jelas apakah pembicaraan masih berlangsung. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement