REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO – Produsen daging unggas AS mengeluhkan kerugian ekonomi akibat flu burung meski beberapa bulan terakhir tak ditemukan infeksi. Cina dan beberapa negara importir masih belum mau menghapus larangan atau embargo dagang atas produk unggas AS ini.
Larangan berlaku tahun lalu guna mencegah menyebarnya penyakit. Memaksa produsen urung mendapatkan 6 miliar dolar AS dari pasar ekspor daging. Mereka juga harus menghadapi kurangnya tenaga kerja, harga ayam rendah, dan biaya tak menentu untuk pakan.
Sejumlah pelaku besar dalam industri daging unggas mengungkapkan, pasar Cina penting bagi perusahaan-perusahaan AS seperti Pilgrim's Pride. Sebab, Cina merupakan tujuan utama untuk produk seperti kaki ayam, yang di AS umumnya tak dikonsumsi.
‘’Cina, Afrika Selatan, dan Republik Dominika masing-masing masih melarang produk daging unggas dari 37 negara yang sebelumnya melaporkan adanya infeksi flu burung,’’ demikian catatan Departemen Pertanian AS (USDA), seperti dilansir Reuters, Kamis (27/7/2023).
Menurut USDA, volume ekspor kaki ayam atau ceker ke Cina turun 27 persen hingga Mei, setelah mengalami peningkatan pada 2022.
Meksiko, yang secara umum merupakan pasar besar daging unggas AS, secara luas mencabut larangan dagang terkait flu burung. Meski pengapalan produk dari Colorado, Washington, dan beberapa negara bagian masih diblok.
Produsen ayam Perdue Farms, Tyson Foods, dan Pilgrim's Pride juga menyampaikan gambaran mengenai pembatasan dagang ini.’’Beberapa negara kunci belum menjalankan pola bisnis normal dengan AS. Kami hubungan dagang ini berjalan kembali,’’ demikian Perdue.
Flu burung mendisrupsi perdagangan secara global seiring penyebaran virus. Musim panas ini, Jepang menangguhkan pembelian daging unggas dari dua negara bagian di Brasil, yang merupakan pengekspor ayam terbesar.
Merujuk panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kesehatan hewan, larangan dagang regional atau nasional bisa diterapkan jika virus menginfeksi peternakan komersial. Wabah flu burung merebak di AS pada tahun lalu.
Kejadian ini menyebabkan kematian 59 juta ayam, kalkun, dan jenis unggas lainnya. Kasus infeksi terakhir terjadi pada April meski sejumlah negara bagian menghadapi pembatasan ekspor belum mendeteksi kasus di peternakan komersial sejak 2022
Setelah AS meyakinkan para negara mitra ....