REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Timur (Jaktim) memastikan Hutan Kota Cawang aman dari penyalahgunaan apapun. Termasuk dari kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) yang menjadikannya sebagai 'sarang' berkumpul di malam hari.
"Saat ini kami fokus pada penanganan bagaimana supaya hutan kota aman dari penyalahgunaan masyarakat. Memang lokasi itu disalahgunakan oleh orang-orang tertentu," ujar Kepala Seksi Taman Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur Yanti Rosanna kepada Republika.
Yanti mengatakan, pihaknya terus mengupayakan Hutan Kota Cawang bisa steril dari kaum LGBT atau kelompok-kelompok lain yang menyalahgunakan ruang terbuka hijau (RTH) itu. Meski menurut penuturannya, personal penjagaan dan perawatan dari pihaknya tidak banyak.
"Kalau untuk menjamin 100 persen steril nggak bisa ya, namanya hutan kota kan luas dan besar. PJLP (penyedia jasa lainnya orang perorangan) kami pemeliharaan saja cuma ada tiga dan Pamdal-nya cuma dua, nah otomatis untuk penanganan itu berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait yang berurusan dengan keamanan kan keamanan total lingkungam tidak di kami semuanya," jelas dia.
Pengawasan turut dibantu dilakukan secara nonstop oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat. Lalu, Yanti menyebut pihaknya juga berkoordinasi juga dengan pihak kecamatan untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas di lokasi hutan kota tersebut.
"Misalnya pagar-pagar yang tadinya bolong langsung kita tutup dan yang tadinya gelap kita bikin lampu supaya terang," ujar dia. Yanti menyebut ada 10 lapangan tembak yang dipasang di hutan kota seluas 35.000 meter persegi tersebut.
Dia berharap dengan upaya yang dilakukan, kawasan Hutan Kota Cawang tidak lagi negatif citranya. Sebab segala bentuk penyalahgunaan dapat diantisipasi. "Supaya tingkat kejahatan atau penyalahgunaan hutan kota tidak ada," kata dia.
Sebelumnya, Hutan Kota Cawang ramai diperbincangkan karena menjadi ‘sarang’ berkumpulnya kalangan LGBT. Menurut keterangan warga, kalangan tersebut sudah berkeliaran di kawasan itu sejak satu dekade yang lalu. Sempat digerebek warga sekitar pada sekira 2020, tapi kembali lagi berkumpul di Hutan Kota UKI Cawang karena kondisinya gelap dan cukup jauh dari permukiman warga.