REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia mengecam aksi penyerbuan ratusan pemukim Yahudi yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke Kompleks Masjid Al-Aqsa. Indonesia memandang kejadian itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan status quo Yerusalem.
“Untuk kesekian kalinya, Israel melakukan aksi provokasi yang dapat memperburuk stabilitas dan situasi keamanan di kawasan. Indonesia mengecam aksi provokasi Menteri Israel di Kompleks Al-Aqsa sebagai pelanggaran hukum internasional dan status quo Yerusalem,” tulis Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI lewat akun Twitter resminya, Jumat (28/7/2023).
Indonesia mendesak Israel menghormati status quo Yerusalem dan menghentikan segala tindakan yang semakin memperkeruh kondisi keamanan di kawasan. “Indonesia juga menekankan kembali pentingnya proses perdamaian Palestina-Israel berdasarkan solusi dua negara sesuai parameter internasional,” kata Kemlu RI.
Pada Kamis (27/7/2023) lalu ratusan pemukim Yahudi yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menggeruduk kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Para pemukim masuk melalui Gerbang Maghrebi, kemudian melakukan doa atau ritual Talmud di bawah penjagaan pasukan keamanan Israel.
“Tempat ini penting bagi kita dan kita harus kembali ke sana dan membuktikan kedaulatan kita. Persatuan bangsa Israel itu penting,” ujar Ben-Gvir dalam sebuah pesan video, dikutip Middle East Monitor.
Selama Ben-Gvir dan ratusan pemukim Yahudi melaksanakan kegiatannya, pasukan Israel mencegat warga Palestina yang ingin menunaikan salat memasuki kompleks Al-Aqsa. Pasukan Israel menghalau mereka di gang-gang Kota Tua Yerusalem yang mengarah ke situs tersuci ketiga umat Islam tersebut.
Mantan Mufti Agung Yerusalem Sheikh Ekrima Sabri mengutuk aksi Ben-Gvir dan ratusan pemukim Yahudi memasuki kompleks Al-Aqsa. Menurutnya hal itu memperlihatkan upaya Israel untuk menancapkan kontrol lebih besar terhadap Al-Aqsa.
“Apa yang terjadi hari ini adalah penyusupan yang agresif. Kami menganggap ini sebagai provokasi terhadap umat Islam. Pendudukan (Israel) berusaha memaksakan realitas baru di Al-Aqsa dan pernyataan Ben Gvir adalah buktinya, tetapi kami tidak akan menyerahkan hak sah kami," ujar Sabri saat diwawancara Middle East Eye.
Sejak pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilantik pada Desember 2022, Ben-Gvir, yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan dan anti-Arab, telah tiga kali memasuki kompleks Al-Aqsa. Dua kunjungan sebelumnya terjadi pada Januari dan Mei lalu. Kedatangan Ben-Gvir ke kompleks Al-Aqsa selalu dikecam oleh negara-negara Arab dan Muslim karena dianggap provokatif serta mengabaikan kesucian situs Islam tersebut.