REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan bahwa hepatitis B di Indonesia sebagian besar ditularkan dari ibu ke anak. Kondisi itu memungkinkan terjadinya hepatitis B yang kronis.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis B (HBsAg) secara umum sebesar 7,1 persen atau setara sekitar 18 juta warga Indonesia. Bayi yang terinfeksi virus hepatitis B, menurut Imran, memiliki risiko lebih dari 90 persen hingga 95 persen berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Sementara itu, bayi yang terinfeksi setelah usia lima tahun jarang mengalami infeksi kronis. Imran menyebut, transmisi vertikal atau dari orang tua ke anak berkontribusi sekitar 50 persen dari beban penyakit hepatitis B secara global.
Imran mengimbau ibu hamil untuk segera tes hepatitis ke fasilitas kesehatan agar bisa mencegah terjadinya penularan ke anak. Pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya pencegahan kejadian pada ibu hamil, di antaranya melalui tes hepatitis dan vaksinasi.
"Upaya pencegahan hepatitis ini kami lakukan penerapan pola hidup bersih dan sehat," kata Imran dalam agenda Hari Hepatitis Sedunia ke-14 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (28/7/2023).
Selain itu, Pemerintah juga memberikan vaksin Hepatitis B kepada ibu hamil untuk meningkatkan kekebalan, melakukan pencegahan penularan Hepatitis B dari ibu ke anak, notifikasi pasangan sebelum mempunyai anak, dan melakukan uji saring infeksi menular lewat transfusi darah. Pemerintah juga menerapkan kewaspadaan standar.
"Kemenkes sudah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi hepatitis B, antara lain melakukan pemberian vaksin hepatitis B dosis 1 pada bayi baru lahir usia 0 atau kurang dari 24 jam, dilanjutkan dengan vaksinasi hepatitis B dosis selanjutnya sesuai dengan program imunisasi nasional," katanya.