REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin memuji kudeta militer di Niger sebagai berita baik. Ia juga menawarkan jasa pasukannya kepada militer Niger untuk membantu menjaga ketertiban.
Pada Rabu (25/7/2023) malam waktu setempat, tentara Niger menyatakan kudeta militer dan menahan Presiden Mohamed Bazoum di istana negara. Pesan suara di saluran aplikasi Telegram yang terkait Wagner menyatakan, Prigozhin tak terlibat dalam kudeta di Niger.
Namun mereka menyatakan kudeta ini momen yang ditunggu rakyat Niher untuk membebaskan diri dari penjajahan negara-negara Barat. Ini menjadi kesempatan pula bagi Prigozhin dan Wagner untuk membantu menjaga ketertiban pascakudeta.
‘’Apa yang terjadi di Niger adalah perjuangan rakyat melawan penjajahan,’’ demikian pesan yang disampaikan Kamis (27/7/2023) malam waktu setempat. Para penjajah, memaksakan aturan hidup kepada rakyat Niger dan bertahan sejak ratusan tahun lalu.
Dalam pesan suaranya, Prigozhin membanggakan pasukannya, Wagner bahwa mereka secara efisien membantu menstabilisasi negara-negara Afrika dan dalam suaranya ia terdengar seperti mempromosikan pasukannya itu.
‘’Ribuan tentara Wagner mampu membawa ketertiban dan menghancurkan teroris tanpa menganggu penduduk lokal dari negara-negara tersebut.’’ Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan pada Kamis (27/7/2023) ketertiban di Niger harus segera dipulihkan.
Pesan suara tersebut memiliki intonasi dan frasa seperti yang biasa digunakan Prigozhin dalam menyampaikan pernyataan meskipun Reuters tak bisa mengonfirmasi secara pasti bahwa sosok dalam pesan suara itu Prigozhin.
‘’Hari ini, mereka mendapatkan kemerdekaannya. Sisanya, tergantung pada warga Niger dan bagaimana pemerintahan agar efektif nantinya. Namun, hal utamanya mereka lepas dari penjajah,’’ demikian pesan tersebut.
Niger merupakan salah satu negara termiskin di dunia tetapi mempunyai deposit uranium terbesar. Mereka mendeklarasikan kemerdekaan penuh dari penjajahan Prancis pada 1960.
Pesan suara melalui Telegram itu merupakan sinyal terkini bahwa Prigozhin dan tentaranya tetap aktif di Afrika. Mereka masih memiliki sejumlah kontrak, di antaranya Republik Afrika Tengah dan memperluasnya ke negara lain.
Awal bulan ini, ia juga menyampaikan....