REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Olimpiade Rusia Stanislav Pozdnyakov menuding bahwa International Olympic Comitee (IOC) memperlihatkan keberpihakan. Ini setelah IOC mendesak federasi-federasi olahraga untuk memperlihatkan sensitivitas saat berurusan dengan atlet-atlet Ukraina.
"Pernyataan itu mengindikasikan bahwa IOC telah mengambil sikap dan memilih berpihak pada konflik politik, (dan) mulai bertindak untuk kepentingan-kepentingan salah satu sisi," kata Pozdnyakov seperti dikutip dari AFP.
Pada Kamis, atlet anggar Ukraina Olha Kharlan didiskualifikasi dari ajang Kejuaraan Anggar Dunia di Milan, setelah menolak bersalaman dengan lawan yang ia taklukkan, Anna Smirnova asal Rusia. Peraturan Federasi Anggar Internasional (FIE) menyatakan bahwa kedua atlet yang bertarung harus bersalaman.
Setelah insiden itu, IOC mendesak federasi-federasi internasional untuk menangani situasi yang melibatkan atlet-atlet Ukraina dan atlet-atlet netral dengan derajat sensitivitas yang diperlukan.
"Sekarang kami harus melakukannya tidak dengan sukarela, namun jelas terlihat perlakuan yang akan diterima atlet Rusia mana pun di kompetisi-kompetisi internasional. Urusan Olimpiade secara resmi telah dikontrol oleh hal-hal di luar kepentingan geopolitik untuk menetralisir warga dan organisasi dalam olahraga," tegas Pozdnyakov.
Sejak Rusia melancarkan serangan terhadap Ukraina, IOC telah menjatuhkan sanksi olahraga terhadap Rusia dan sekutunya Belarus. Namun pada awal tahun ini mereka merekomendasikan bahwa atlet-atlet Rusia dan Belarus dapat bersaing dengan membawa nama individu di bawah bendera netral dan tanpa diiringi lagu kebangsaan.
IOC belum mengambil keputusan akhir mengenai apakah atlet-atlet Rusia dan Belarus dapat mengikuti Olimpiade 2024 di Paris.
Pozdnyakov mengatakan bahwa jika atlet Rusia diizinkan mengikuti Olimpiade Paris, maka jumlah mereka akan sedikit dan tetap harus melihat kondisi-kondisi baru yang akan terjadi ke depannya.