REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Elon Musk mengganti logo Twitter menjadi X. Namun istilah umum untuk memposting di situs tersebut tetap ada seperti yang lama saat menggunakan ikon burung biru.
Salah satunya, kata tweet masih terpampang di seluruh situs yang dulu dikenal sebagai Twitter. Untuk membuat postingan, Anda masih perlu menekan tombol biru bertuliskan "tweet" untuk menerbitkannya. Untuk memposting ulang, Anda masih mengetuk "retweet".
Tapi lebih dari itu. Dengan "tweet", Twitter menyelesaikan hanya dalam beberapa tahun sesuatu yang telah dilakukan beberapa perusahaan seumur hidup. Itu menjadi kata kerja dan menanamkan dirinya ke dalam leksikon Amerika dan dunia.
“Bahasa selalu datang dari orang-orang yang menggunakannya sehari-hari. Dan itu tidak dapat dikontrol, tidak dapat dibuat, tidak dapat diubah. Anda tidak bisa memutuskannya,” kata Nick Bilton, penulis “Hatching Twitter: A True Story of Money, Power, Friendship, and Betrayal” tentang asal usul Twitter seperti dilansir dari laman Japan Today, Sabtu (29/7/2023).
Twitter tidak dimulai sebagai Twitter. Itu adalah "twttr", tanpa vokal, yang menjadi tren di tahun 2006 ketika platform diluncurkan dan SMS menjadi sangat populer. Bahkan ponsel iPhone baru keluar pada tahun 2007.
"Salah satu pendiri Twitter Evan Williams suatu hari pergi dan membeli vokal, dua vokal seharga masing-masing 7.500 dolar AS," ketika dia membeli URL untuk twitter.com dari seorang penggemar burung," kata Bilton.
Masyarakat dunia telah men-tweet selama lebih dari satu dekade. Pemimpin dunia, selebritas dan atlet, pembangkang dalam rezim represif, aksi propaganda, ikon agama, ratu meme dan ratu yang sebenarnya. Penggunaan aplikasi ini oleh mantan presiden Donald Trump dengan cepat membuat "tweet" menjadi berita utama yang hampir konstan selama masa kepresidenannya.
Untuk saat ini, istilah itu masih bergema, mulai dari men-tweet, me-retweet, dan mengutip tweet, dan terkadang menghapus tweet. Situs berita menyematkan tweet dalam cerita mereka dan program TV menggulirnya. Tidak ada jejaring sosial lain yang memiliki kata untuk memposting yang dimasukkan dalam bahasa sehari-hari seperti "tweet" - meskipun Google melakukan hal yang sama untuk "googling".
Oxford English Dictionary menambahkan "tweet" pada tahun 2011. Merriam-Webster mengikuti pada tahun 2013. Associated Press Stylebook memasukkannya pada tahun 2010.
“Masuk ke kamus merupakan indikasi bahwa orang sudah menggunakannya,” kata Jack Lynch, seorang profesor bahasa Inggris Universitas Rutgers yang mempelajari sejarah bahasa.
“Kamus biasanya cukup tentatif atau berhati-hati dalam membiarkan kata-kata baru masuk, terutama untuk fenomena baru, karena mereka tidak ingin hal-hal menjadi sekejap saja.”