Ahad 30 Jul 2023 05:05 WIB

AS Berharap Yordania Ikut Menjaga Situs-situs Islam di Yerusalem

AS menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Orang-orang berdoa di Tembok Barat, situs paling suci tempat orang Yahudi dapat berdoa, di kota tua Yerusalem, setelah badai salju, Kamis, 18 Februari 2021.
Foto: AP Photo / Oded Balilty
Orang-orang berdoa di Tembok Barat, situs paling suci tempat orang Yahudi dapat berdoa, di kota tua Yerusalem, setelah badai salju, Kamis, 18 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Amerika Serikat (AS) sangat menghargai peran Kerajaan Yordania yang dipercaya sebagai penjaga situs-situs suci Islam di Yerusalem. Karena itu, AS menekankan peran penting Yordania sebagai penjaga situs suci tersebut.

Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengumumkan dalam sebuah pernyataan pers yang diterima Quds Press pada hari Jumat (29/7/2023). "Kami menggarisbawahi peran khusus Yordania di tempat-tempat suci umat Islam di Yerusalem," kata Patel.

Baca Juga

"Setiap tindakan atau retorika sepihak yang menyimpang atau membahayakan status quo sama sekali tidak dapat diterima," ujar Patel menambahkan.

Dalam konteks yang sama, AS menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat. Departemen Luar Negeri AS menulis di Twitter bahwa eskalasi tersebut menyoroti kerapuhan situasi dan kebutuhan mendesak akan langkah-langkah segera dari kedua belah pihak, Palestina dan Israel, untuk menghentikan eskalasi dan memulihkan ketenangan.

AS juga menyatakan keprihatinannya atas apa yang disebut Menteri Keamanan Nasional pemerintah pendudukan Israel, Itamar Ben-Gvir, dan ratusan pemukim yang menyerbu Masjid Al-Aqsa pada Kamis pagi lalu. Sementara penyerbuan itu justru di bawah perlindungan ketat pasukan pendudukan Israel.

Dalam kesempatan yang berbeda, Raja Abdullah II dari Yordania, dan Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly Kamis lalu membahas upaya-upaya yang semakin intensif untuk meredakan situasi di wilayah Palestina yang diduduki.

Abdullah dan Cleverly bertemu di ibukota Yordania, Amman, sebagai bagian dari kunjungan Menlu Inggris ke negara Timur Tengah tersebut.

Diskusi antara kedua belah pihak "mencakup perkembangan regional dan internasional terbaru, selain pentingnya meningkatkan upaya menuju ketenangan dan deeskalasi di Wilayah Palestina. Di mana semua itu, "harus di awali dengan menghentikan langkah-langkah sepihak yang akan merusak stabilitas dan prospek perdamaian," menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Royal Hashemite Court.

"Kedua belah pihak juga membahas penghentian tindakan sepihak oleh Israel yang akan mengganggu stabilitas dan merusak peluang untuk mencapai perdamaian, menurut sumber yang sama."

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa Raja Yordania "menegaskan kembali perlunya mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara, yang menjamin berdirinya negara Palestina merdeka di atas garis perbatasan 4 Juni 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya."

Kunjungan menteri luar negeri Inggris ke Amman dilakukan sebagai bagian dari lawatan tiga hari ke Timur Tengah yang dimulai pada hari Selasa di Qatar, dilanjutkan ke Kuwait pada hari Rabu dan Yordania pada hari Kamis.

Wilayah Palestina menyaksikan ketegangan yang meningkat sehubungan dengan berlanjutnya serbuan ke Masjid Al-Aqsa oleh para ekstremis Israel, yang terakhir kemarin ketika Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memimpin 1.700 orang Israel sayap kanan menyerbu masjid tersebut, menghentikan akses umat Islam ke tempat suci tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement