Sabtu 29 Jul 2023 22:45 WIB

Buntut Pembakaran Alquran, Muslim Timteng dan Afrika Utara Serukan Boikot Produk Swedia

Al Azhar menyarankan boikot serupa terhadap produk Denmark.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Lida Puspaningtyas
Umat muslim mengikuti aksi bela Al-Quran di Depan Kedubes Swedia, Kuningan ,Jakarta, Senin (30/1/2023). Mereka mengecam Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan yang membakar Kitab Suci Al-Qur
Foto: Republika/Prayogi.
Umat muslim mengikuti aksi bela Al-Quran di Depan Kedubes Swedia, Kuningan ,Jakarta, Senin (30/1/2023). Mereka mengecam Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan yang membakar Kitab Suci Al-Qur

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Dampak diplomatik atas pembakaran Alquran di luar masjid di Swedia terancam akan meningkat. Hal ini dikhawatirkan memicu perang dagang, setelah muncul seruan dari Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara, untuk memboikot produk Swedia.

Bulan lalu, seorang pengungsi Irak berusia 37 tahun yang menginginkan kitab suci itu dilarang, terlihat merobek halaman-halaman Alquran dan membakarnya di luar masjid pusat Stockholm. Hal utama yang diperdebatkan adalah fakta bahwa protes tersebut disetujui oleh pengadilan Swedia.

Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, memimpin paduan suara kritik dari sejumlah pemerintah Islam, atas keputusan untuk mengizinkan protes anti-Islam terus berlanjut.

"Kami pada akhirnya akan mengajari orang Barat yang arogan, bahwa menghina Muslim bukanlah kebebasan berpikir," kata Erdogan dalam pernyataannya di televisi, dikutip di Telegraph India, Sabtu (29/7/2023).

Arab Saudi juga menyayangkan bagaimana tindakan itu terjadi, bertepatan dengan hari raya Idul Adha dan akhir ibadah haji. Kementerian Luar Negeri menyebut tindakan penuh kebencian dan pengulangan ini tidak dapat diterima dengan alasan apa pun.

Awal pekan ini, Masjid Al-Azhar yang berbasis di Kairo dan lembaga Sunni tertua di dunia Muslim, mendesak umat Islam memboikot produk Swedia atas pembakaran Alquran baru-baru ini.

Al Azhar menyarankan boikot serupa terhadap produk Denmark, di tengah dua insiden pembakaran Alquran minggu ini di Kopenhagen, ibu kota Denmark. Mereka juga mengecam keputusan pemerintah yang mengizinkan pembakaran kitab suci umat Islam.

Tidak hanya itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Yaman Muhammad Sharif al-Mutahar mengumumkan boikot produk Swedia awal bulan ini. Demikian pula, Mohsen Rezaei, sekretaris Dewan Tertinggi Koordinasi Ekonomi Iran, menyerukan boikot pada 23 Juli.

Saat ini, umat Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara menggunakan media sosial untuk menyerukan boikot produk Swedia. Kampanye ini disampaikan dengan menggunakan tagar "hukum pemerintah Swedia" dan "boikot produk Swedia".

Untuk diketahui, Swedia adalah salah satu ekonomi terbesar di Eropa dengan PDB 585,94 miliar dolar menurut Bank Dunia. Negara ini juga menjadi rumah bagi perusahaan multinasional besar seperti Ikea, yang memproduksi dan menjual furnitur dan aksesori rumah, peritel mode kelas atas H&M, produsen peralatan rumah tangga Electrolux, serta penyedia teknologi seluler Ericsson.

Menurut angka yang diberikan oleh Kamar Dagang Swedia, 2,6 persen ekspor Swedia dikirim ke Timur Tengah dan Afrika Utara pada 2022. Angka ini mencapai 4,88 miliar dolar atau 51,4 miliar krona Swedia.

Adapun pengimpor produk Swedia terbesar di antara negara-negara Muslim adalah Turki dan Arab Saudi, menurut database COMTRADE PBB. Posisi berikutnya diikuti oleh Mesir, Uni Emirat Arab, Indonesia, Malaysia, Maroko, Qatar, Aljazair dan Pakistan.

Salah satu pihak yang angkat bicara terkait roda bisnis ini adalah Business Sweden. Mereka merupakan grup pengembangan bisnis yang dimiliki bersama oleh negara dan sektor bisnis Swedia dengan kantor di negara-negara termasuk Maroko, Arab Saudi dan UEA.

Perusahaan Swedia umumnya memiliki reputasi yang baik, serta dianggap sebagai pemberi kerja teladan dengan pemahaman yang kuat atas hubungan dengan masyarakat setempat. Kelompok tersebut juga menambahkan akan terus memantau dengan cermat situasi yang tidak menguntungkan ini.

"Penting untuk diingat bahwa perusahaan Swedia memiliki akar yang dalam di banyak negara Muslim," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Tidak hanya itu, mereka menyebut peristiwa di Swedia, di mana Alquran dibakar, sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai kelompok ini. Sama seperti pemerintah Swedia, tindakan itu juga dikecam dan jauh dari nilai-nilai yang mereka anut.

Urbanisasi yang cepat di Timur Tengah dan Afrika Utara telah mengubah kawasan ini menjadi pasar ekspor yang menarik. Permintaan akan inovasi teknologi terus tumbuh, khususnya di sektor teknologi informasi dan komunikasi, transportasi, kesehatan dan energi.

"Arab Saudi dan UEA adalah dua mitra ekspor perdagangan terbesar untuk ekonomi berbasis manufaktur dan berorientasi ekspor Swedia," kata rekan senior di Pusat Informasi Euro-Gulf (EGIC), Keith Boyfield.

Negara Teluk juga disebut memiliki salah satu dana kekayaan negara terbesar di dunia. Dana investasi publik Kerajaan Arab Saudi bertujuan untuk mengelola aset lebih dari satu triliun dolar pada tahun 2025. Hampir seperempat dari aset tersebut sudah dimiliki di luar Arab Saudi.

"Saya pikir salah satu hal yang paling signifikan adalah, jika terus ada ketidaksepakatan tentang masalah kebebasan berbicara, Anda mungkin menemukan bahwa dana kekayaan negara Teluk melewati Swedia," kata Boyfield.

Poin ini penting untuk diingat, karena mereka adalah sumber modal yang luar biasa dalam hal investasi ke dalam industri dan jasa.

Sebelumnya, Swedia dilaporkan telah membatalkan undang-undang penistaan ​​agama pada 1970-an. Saat ini, mereka memiliki beberapa prediksi hukum terkuat untuk kebebasan berekspresi di dunia.

Namun di sisi lain, negara tersebut tidak memiliki undang-undang yang secara khusus melarang pembakaran atau penodaan teks-teks agama, termasuk Alquran.

Dalm sebuah konferensi awal tahun ini, Boyfield mengatakan para pemimpin bisnis Swedia sudah sangat prihatin dengan cara pihak berwenang. Dalam pandangan mereka, otoritas terkait gagal mengadili pengunjuk rasa yang membakar Alquran.

Meski demikian, karena Swedia mengimpor sebagian besar minyak dan gas alamnya dari Norwegia dan negara-negara lain di luar Timur Tengah, penting untuk ditekankan bahwa negara-negara Teluk memiliki pengaruh yang sangat kecil atas negara Nordik tersebut.

"Jika ada masalah perdagangan, menurut saya pariwisata akan menjadi salah satu sektor utama di mana Teluk akan merugi," ujar dia.

Ia lantas menambahkan bahwa negara-negara Teluk telah berupaya menarik wisatawan Skandinavia dan juga berinvestasi besar-besaran dalam olahraga, seperti golf.

Sementara itu, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan dirinya sangat khawatir tentang konsekuensinya, jika terjadi lebih banyak demonstrasi yang menodai Alquran.

"Jika mereka (aksi pembakaran Alquran) dikabulkan, kita akan menghadapi beberapa hari penuh risiko. Yang jelas akan terjadi sesuatu yang serius. Saya sangat khawatir tentang apa yang bisa terjadi," ucap dia kepada kantor berita Swedia TT.

Mengacu pada kampanye disinformasi daring oleh aktor-aktor yang didukung Rusia, dinas keamanan Swedia SAPO mengatakan citra Swedia yang ingin bergabung dengan aliansi militer NATO telah berubah.

Dari negara toleran, kini Swrdia menjadi negara yang memusuhi Islam dan Muslim. Serangan pada Muslim disetujui oleh negara dan anak-anak Muslim dapat diculik oleh dinas sosial. SAPO juga mempertahankan penilaian tingkat ancamannya pada 3 dari skala 5, yang menandakan ancaman yang meningkat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement