REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun ajaran baru banyak pelajar, termasuk yang berkuliah di luar negeri mulai mempersiapkan kebutuhan studi mereka, meskipun belajar di luar negeri bisa menjadi pengalaman baru dan menarik, tetapi terdapat juga tantangan termasuk biaya studi.
Biaya studi di luar negeri meliputi biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya pendidikan lainnya. Menurut penelitian dari Wise, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia adalah tiga negara termahal untuk belajar di luar negeri.
Total biaya pendidikan di Amerika Serikat mencapai 28.947 dolar AS (Rp 437 juta), di Selandia Baru mencapai 32.803 dolar Selandia Baru (Rp 305 juta), dan di Australia mencapai 27.201 dolar Australia (Rp 273 juta). Menurut data dari UNESCO, Indonesia memiliki lebih dari 50 ribu mahasiswa di luar negeri dan terus bertambah setiap tahunnya. Namun, biaya hidup yang tinggi menjadi tantangan yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri.
Influencer penerima beasiswa dari LPDP untuk belajar di University College London, Rica Asrosa, dalam siaran resmi yang diterima Jumat (28/7/2023) membagikan empat kiat untuk membantu para pelajar mempersiapkan diri secara finansial ketika mereka memulai perjalanan studi di luar negeri.
Tinggal bersama teman/kolega
Bagi Rica, tempat tinggal menjadi isu utama dalam persiapan dikarenakan hal ini memakan hampir separuh biaya hidup. Pertimbangan memilih tempat tinggal dinilai cukup sulit dikarenakan biaya sewa yang mahal terkadang didampingi oleh fasilitas yang tidak sebanding.
Rica merekomendasikan untuk tinggal bersama teman-teman yang dikenal dalam satu sharing house untuk menekan pengeluaran dibandingkan tinggal di flat, hotel, atau tempat tinggal lainnya.
Belajar cara belanja yang cerdas
Salah satu cara terbaik untuk menghemat uang saat menempuh studi di luar negeri adalah menjadi pembelanja yang cerdas. Jika di Indonesia kita mengenal tanggal kembar untuk belanja daring, di Inggris, ada Black Friday dan Cyber Monday di mana kita dapat berbelanja barang seperti pakaian, kebutuhan pokok, bahkan alat elektronik dengan diskon besar. Rica memilih untuk memanfaatkan momen ini untuk belanja barang-barang yang sudah lama menjadi incaran.
"Ketika Black Friday, banyak barang yang dijual dengan potongan harga yang cukup besar. Sebagai pelajar rantau, momen ini dapat dimanfaatkan untuk membeli kebutuhan hidup dan perlengkapan pendukung untuk studi. Dengan ini, kita bisa lebih berhemat dalam mengeluarkan uang," kata Rica.
Masak makanan sendiri
Karena tingginya biaya hidup di London, Rica jarang makan di luar dan lebih memilih memasak sendiri di rumah. Jika ia harus makan di luar, setidaknya Rica harus mengeluarkan uang sekitar 20-30 poundsterling (Rp 350 ribu-500 ribu). Oleh karena itu, Rica lebih memilih untuk memasak sendiri di rumah. Menurutnya, cara ini dapat membuat ia menghemat uang lebih banyak dan kualitasnya lebih terjaga, terutama sebagai penganut agama Islam.
Gunakan platform transfer uang berbiaya rendah
Ketika berbicara tentang mengelola keuangan, penting bagi para mahasiswa untuk melakukan penelitian mereka sendiri dan mencari platform dengan biaya rendah untuk mengirim dan menerima uang ke luar negeri dengan cepat dan aman. Menurut penelitian dari Wise, sebagian besar mahasiswa internasional membayar lebih dari 900 juta poundsterling (Rp 1,7 triliun) setiap tahun dalam biaya tersembunyi berupa selisih nilai tukar yang tinggi.
Saat ini, Rica merupakan dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatra Utara dan sedang menempuh studi doktoralnya di UCL London.