Ahad 30 Jul 2023 06:03 WIB

Adat Belis di Labuan Bajo Jadi Tema Film Nona Manis Sayange

Film juga menghadirkan pemandangan indah dari Labuan Bajo yang tersohor.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Partner
.
Foto: network /Shelbi Asrianti
.

Poster awal sinema Nona Manis Sayange. (Dok Putaar Film)
Poster awal sinema Nona Manis Sayange. (Dok Putaar Film)

SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adat dan budaya di Nusa Tengara Timur, khususnya Labuan Bajo, bakal menjadi tema utama film teranyar berjudul Nona Manis Sayange. Sinema besutan rumah produksi Putaar Film tersebut dijadwalkan tayang tahun ini.

Mengusung genre drama komedi, Nona Manis Sayange menceritakan kisah percintaan Akram (Pangeran Lantang) dan Sika (Haico Van Der Veken). Bersahabat sejak kecil, cinta tumbuh kuat di antara keduanya. Namun, rintangan besar muncul dari ayah Sika (Mathias Muchus).

Ayah Sika menganggap Akram tidak pantas menikahi putrinya. Akram pun berjuang untuk memenuhi harapan dari Ayah Sika, termasuk berusaha memenuhi permintaan belis atau uang mahar yang sangat tinggi. Sementara, Sika berusaha meyakinkan ayahnya bahwa cinta sejati tidak dapat dinilai dari materi dan status sosial belaka.

Film yang mengajarkan tentang perbedaan yang dilihat dari sudut pandang adat budaya di Labuan Bajo ini akan disutradarai oleh Hestu Saputra. Selain menceritakan adat dan kebudayaan di Labuan Bajo, film juga akan menghadirkan pemandangan indah Labuan Bajo, yang sudah terkenal sampai mancanegara.

Uang mahar atau belis sampai saat ini terus ada di masyarakat di Labuan Bajo. Produser eksekutif Putaar Film, Ngadiman, merasa terpanggil untuk mengenalkan adat dan budaya Labuan Bajo di NTT karena belum banyak masyarakat luas yang mengetahuinya.

"Adat dan budayanya belum maksimal diketahui banyak orang, sehingga kami memandang perlu untuk memperkenalkan kepada semua pihak termasuk membantu promosi pariwisata indonesia kepada orang banyak," ungkap Ngadiman lewat pernyataan resminya.

Sutradara Hestu Saputra menceritakan proses panjang pengerjaan film Nona Manis Sayange. Proses kreatifnya termasuk yang paling lama di antara beberapa film sebelumnya, baik dalam hal penyuntingan, CGI, dan sarana teknis lainnya.

Tim berupaya semaksimal mungkin dalam menyampaikan elemen-elemen dalam cerita, "Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan film ini satu tahun dua bulan, dari ide menulis riset sampai post-editing. Syutingnya total 23 hari produksi," kata Hestu.

Aktor Pangeran Lantang sangat senang berperan sebagai Akram, anak asli Labuan Bajo. "Dari awal aku tertarik banget karena ada banyak hal baru dimulai dari bahasa Bajo yang dipakai, terus syuting bareng warga Labuan Bajo seru banget. Untuk observasinya sendiri, aku ke pasar di Labuan Bajo saat dikasih libur. Jadi aku mendekatkan diri dengan orang-orang di pasar," ujar Pangeran.

Aktris Haico Van Der Veken yang memerankan Sika mengungkapkan caranya untuk bisa berdialek bahasa Labuan Bajo, dirinya belajar dengan warga sekitar. "Untuk dialek, cara yang dipelajari, saat sedang syuting, kami bicara dengan dialek orang Bajo. Selain itu, kami juga diajari kebiasaan orang-orang disana," ucapnya.

sumber : https://senandika.republika.co.id/posts/229724/adat-belis-di-labuan-bajo-jadi-tema-film-nona-manis-sayange
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement