Ahad 30 Jul 2023 17:07 WIB

Niger Terancam Kehilangan Bantuan Keuangan Asing Akibat Kudeta

Niger salah satu negara termiskin di dunia, dan terima 2 miliar dolar AS per tahun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.
Foto: AP
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, BRSSEL -- Uni Eropa dan Prancis telah menghentikan bantuan keuangan untuk Niger. Sementara Amerika Serikat (AS) mengancam akan melakukan hal yang sama, setelah para pemimpin militer mengumumkan bahwa mereka telah menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum.

"Selain penghentian segera dukungan anggaran, semua tindakan kerja sama  dalam domain keamanan ditangguhkan tanpa batas waktu dengan segera," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Niger adalah salah satu negara termiskin di dunia, dan menerima hampir 2 miliar dolar AS per tahun dalam bantuan pembangunan resmi. Niger juga merupakan mitra keamanan bekas kolonial Prancis dan Amerika Serikat. Prancis dan AS menggunakan Niger sebagai basis untuk melawan pemberontakan ISIS di wilayah Sahel Barat dan Afrika Tengah.  

Sekutu asing Niger sejauh ini telah menolak untuk mengakui pemerintahan militer baru yang dipimpin oleh Jenderal Abdourahamane Tiani. Sejak kudeta, Bazoum masih ditahan di dalam istana kepresidenan. Hingga kini, kabar Bazoum belum diketahui. Kendati sudah digulingkan, Uni Eropa, Prancis, dan negara Barat lainnya masih mengakui Bazoum sebagai presiden yang sah.

Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, Prancis telah menangguhkan semua bantuan pembangunan dan dukungan anggaran untuk Niger. Prancis menuntut Niger kembali ke tatanan konstitusional dan Bazoum kembali bertanggung jawab sebagai presiden.  Bantuan pembangunan Prancis untuk Niger mencapai sekitar 120 juta euro atau 130 juta dolar AS pada 2022. Sementara AS memiliki dua pangkalan militer di Niger dengan sekitar 1.100 tentara, dan memberikan ratusan juta dolar kepada negara itu dalam bantuan keamanan dan pembangunan.  

"Bantuan yang sangat signifikan yang kami miliki untuk orang-orang di Niger jelas dalam bahaya," ujar Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

Di jalan-jalan Ibu Kota Niamey yang ramai, pemilik bisnis mengkhawatirkan ketidakpastian yang merusak perdagangan. Mereka juga khawatir dengan prospek aliran keuangan dari luar negeri yang tiba-tiba mengering.

"Kami menyadari bahwa pelanggan kami menurun. Hampir tidak ada pelanggan sama sekali," keluh pemilik toko elektronik Abdoul Karim Mahama.

Ekonom yang berbasis di Niamey, Abdoulaye Soly mengatakan, semua proyek yang didanai secara eksternal akan dihentikan. Proyek pembangunan yang dibiayai oleh Uni Eropa, Bank Dunia, IMF, dan lainnya akan dihentikan.

"Bantuan anggaran yang diberikan kepada Niger akan dihentikan," ujar Soly.

Niger adalah mitra utama Uni Eropa dalam membantu mengekang arus migran gelap dari sub-Sahara Afrika. Uni Eropa juga memiliki sejumlah kecil pasukan di Niger untuk misi pelatihan militer.

Uni Eropa mengalokasikan 503 juta euro atau 554 juta dolar AS dari anggarannya untuk meningkatkan tata kelola, pendidikan, dan pertumbuhan berkelanjutan di Niger selama 2021-2024. Melalui Fasilitas Perdamaian Eropa, Uni Eropa telah menyetujui sekitar 70 juta euro untuk mendukung angkatan bersenjata Niger sejak Juli tahun lalu, termasuk bantuan senjata senilai 4,7 juta euro yang disetujui pada 8 Juni.

PBB mengatakan kudeta tidak mempengaruhi pengiriman bantuan kemanusiaan. Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), dan Uni Moneter Afrika Barat akan mengadakan pertemuan darurat di Nigeria pada Ahad (30/7/2023) untuk membahas situasi tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement