REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memutuskan untuk mengadakan pertemuan virtual darurat untuk Dewan Menteri Luar Negeri Negara Anggota (CFM) pada 31 Juli mendatang.
Pertemuan ini digelar untuk mempertimbangkan langkah-langkah terhadap penodaan Alquran yang terjadi berulang di Swedia dan Denmark.
"Sesi ini diadakan atas permintaan Arab Saudi, Ketua KTT Islam ke-14, dan Republik Irak," kata OKI dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir laman The News, Sabtu (29/7/2023).
Pertemuan mendesak para menteri itu diadakan sebagai tanggapan atas pernyataan akhir yang dikeluarkan oleh Komite Eksekutif OKI setelah pertemuan luar biasa yang diadakan di Sekretariat Jenderal OKI di Jeddah Arab Saudi pada 2 Juli lalu.
"Pertemuan tersebut diadakan mengingat konsultasi Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha dengan negara-negara anggota mengenai penerapan pernyataan akhir yang dikeluarkan oleh Komite Eksekutif," demikian bunyi pernyataan OKI.
Tindakan lebih lanjut juga sedang dipertimbangkan sebagai tanggapan atas tindakan provokatif berulang yang mewakili kebencian dan intoleransi agama yang disengaja.
Arab Saudi memanggil diplomat Denmark untuk memprotes penodaan kitab suci Alquran oleh kelompok ekstrem kanan di Kopenhagen.
Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun
Pejabat Kementerian Luar Negeri Saudi menyampaikan nota protes yang mendesak diakhirinya tindakan tercela yang melanggar semua ajaran agama, hukum dan norma internasional serta dapat memicu kebencian antar agama itu.
Kelompok sayap kanan Danske Patrioter pada Senin (24/7/2023) lalu memposting sebuah video di mana seorang pria terlihat menodai dan membakar apa yang tampaknya merupakan salinan Alquran. Hal ini kemudian memicu kemarahan di dunia Muslim.
Selain itu Arab Saudi juga mengecam Salwan Momika yang berbasis di Swedia di mana pada bulan lalu dia membakar halaman kitab suci Alquran di luar masjid utama Stockholm.
Baca juga: Israel Ingatkan Swedia Jangan Sampai Ada Pembakaran Taurat
Tidak hanya Arab Saudi, Pakistan juga mengecam tindakan islamofobia dengan mengutuk keras penodaan Alquran dan penodaan bendera Pakistan di depan Kedutaan Besar Pakistan di Kopenhagen, Denmark.
"Protes keras telah diajukan ke Pemerintah Denmark. Kami berharap pihak berwenang Denmark mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghentikan tindakan kebencian dan hasutan seperti itu," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian tersebut menyampaikan, maksud dari tindakan jahat itu menghina dua miliar Muslim di seluruh dunia dan menciptakan gesekan di antara komunitas, budaya, dan negara. Pakistan akan terus mengangkat narasi tentang Islamofobia di tingkat internasional.