Ahad 30 Jul 2023 23:17 WIB

Putin: Gencatan Senjata Hampir tak Mungkin Diterapkan

Serangan Ukraina membuat penghentian permusuhan hampir tidak mungkin dilakukan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mempererat kerja sama lintas sektor dengan negara-negara Afrika dalam KTT Rusia-Afrika
Foto: AP
Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mempererat kerja sama lintas sektor dengan negara-negara Afrika dalam KTT Rusia-Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Sabtu (29/7/2023), inisiatif yang diajukan oleh para pemimpin Afrika dapat menjadi dasar perdamaian dalam perang di Ukraina. Hanya saja, dia mengklaim, serangan oleh Kiev membuat penghentian permusuhan hampir tidak mungkin dilakukan.

“Ada hal-hal yang hampir tidak mungkin diterapkan, seperti gencatan senjata, tetapi Ukraina maju, mereka melakukan serangan strategis, bagaimana kita menahan tembakan ketika mereka maju ke arah kita?” ujar Putin dikutip dari Aljazirah.

Baca Juga

“Ini hanya bisa menjadi inisiatif bilateral. Tetapi inisiatif [Afrika] menurut saya dapat menjadi dasar dari proses tertentu menuju resolusi damai, seperti inisiatif Cina, tidak ada persaingan atau kontradiksi di sini,” katanya.

Pemimpin Rusia menyatakan pandangan tersebut setelah bertemu dengan para pemimpin negara-negara Afrika di Saint Petersburg. Menurut laporan Reuters, mereka melayangkan serangkaian langkah yang mungkin untuk meredakan konflik, termasuk penarikan pasukan Rusia, penghapusan senjata nuklir taktis Rusia dari Belarusia, penangguhan surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Putin, dan keringanan sanksi.

Proposal Cina yang diluncurkan awal tahun ini adalah rekomendasi berisikan 12 poin yang menyerukan de-eskalasi dan gencatan senjata di Ukraina. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menolak gagasan gencatan senjata karena membuat Rusia menguasai hampir seperlima negaranya dan memberi pasukannya waktu untuk berkumpul kembali setelah perang selama 17 bulan.

Zelenskyy juga meminta pembicaraan damai mengharuskan Moskow untuk menarik pasukannya dari wilayah Kiev yang diduduki. Permintaan ini, menurut Rusia, tidak dapat dinegosiasikan.

Mengomentari topik pembicaraan damai, Putin menyatakan tidak menolak permintaan itu. "Untuk memulai proses ini, perlu ada kesepakatan di kedua sisi," ujarnya.

Meski para pemimpin Afrika hadir dalam pertemuan di Rusia, Putin tidak menghadiri pertemuan puncak ekonomi di Johannesburg Afrika Selatan bulan depan. Ditanya tentang alasannya untuk tidak pergi, Putin mengatakan, keputusan ini berhubungan dengan semua rekan dari blok ekonomi berkembang yang dikenal sebagai BRICS.

Putin menyatakan, dia akan ambil bagian melalui tautan video dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov akan melakukan perjalanan ke pertemuan yang berlangsung 22-24 Agustus. Kegiatan ini pun akan mempertemukan para pemimpin Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.

Afrika Selatan adalah penandatangan perjanjian Roma yang membentuk ICC. Negara ini wajib menangkap pemimpin Rusia jika dia menginjakkan kaki di wilayah Afrika Selatan karena perintah penangkapan yang dikeluarkan atas kejahatan perang terkait penculikan anak-anak dari Ukraina.

Cape Town telah memberikan isyarat kuat bahwa tidak akan menangkap Putin jika dia hadir. Namun pemerintah Afrika Selatan telah melobi agar pemimpin Istana Kremlin tidak datang dalam kegiatan BRICS untuk menghindari masalah.

Moskow memang menolak surat perintah ICC tersebut. Namun, hingga saat ini Putin belum melakukan perjalanan ke negara yang menandatangani perjanjian ICC sejak dakwaannya

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement