REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Industri tekstil di Jawa Barat mengalami penurunan produksi selama kuartal kedua tahun 2023. Penurunan dipengaruhi oleh permintaan ekspor yang menurun serta banyaknya produk tekstil dari China yang masuk Indonesia dengan harga tidak kompetitif.
Ketua IKA ITT-STTT-Politeknik STTT Riady Madyadinata mengatakan industri tekstil saat ini mengalami banyak permasalahan seperti penurunan produksi, kelangkaan barang lokal serta banyaknya produk-produk tekstil dari China. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pengusaha tekstil dengan pemerintah untuk mengatasi hal itu.
"Saat ini dunia tekstil banyak problem terjadi penurunan produksi, kelangkaan barang lokal banyak barang datang luar negeri impor mayoritas China," ucap dia, Ahad (30/7/2023).
Dengan kondisi itu, ia mengajak seluruh pengusaha tekstil dan pemerintah berkolaborasi menbahas kondisi industri tekstil. Ia berharap produksi tekstil tidak menurun.
"Perkembangan industri tekstil jangan menurun," kata dia.
Pria yang kini menekuni bisnis tekstil ini mengatakan ekspor tekstil menurun secara global. Sedangkan kapasitas produksi tekstil di Indonesia sendiri sangat besar.
Sekjen IKA Ananta Dwihasto mengatakan terjadi penurunan produksi di industri tekstil pada kuartal ke dua tahun 2023. Kondisi tersebut harus menjadi refleksi agar industri tekstil bisa bergairah kembali.
"Ada sedikit penurunan di kuartal kedua tahun 2023 perlu kita jadikan refleksi bagaimana industri tekstil bisa kembali," kata dia.
Dengan kepengurusan IKA yang baru, ia berharap dapat memberikan masukan dan rekomendasi tentang perkembangan industri tekstil ke depan. Ia menyebut penurunan produksi tidak hanya terjadi di Jawa Barat namun juga nasional.