Senin 31 Jul 2023 06:50 WIB

Netanyahu: Di Masa Depan, Israel Bisa Sediakan Jalur Darat ke Arab Saudi

Israel akan membangun perluasan jalur kereta api senilai 27 miliar dolar AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Israel akan membangun perluasan jalur kereta api senilai 100 miliar shekel atau 27 miliar dolar AS yang akan menghubungkan daerah-daerah terpencilnya ke kota metropolitan Tel Aviv.
Foto: Abir Sultan/EPA
Israel akan membangun perluasan jalur kereta api senilai 100 miliar shekel atau 27 miliar dolar AS yang akan menghubungkan daerah-daerah terpencilnya ke kota metropolitan Tel Aviv.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan membangun perluasan jalur kereta api senilai 100 miliar shekel atau 27 miliar dolar AS yang akan menghubungkan daerah-daerah terpencilnya ke kota metropolitan Tel Aviv. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Ahad (30/7/2023) mengatakan, di masa depan Israel dapat menyediakan jalur darat ke Arab Saudi.

"Saya ingin menambahkan bahwa di masa depan kami juga akan dapat mengangkut kargo dengan kereta api dari Eilat ke Mediterania, dan juga dapat menghubungkan Israel dengan kereta api ke Arab Saudi dan semenanjung Arab," kata Netanyahu dalam sambutan yang disiarkan televisi.  

Baca Juga

Pengumuman itu menyusul perjalanan pejabat tinggi AS ke Arab Saudi pekan lalu untuk memajukan agenda mengenai kemungkinan normalisasi antara Saudi dan Israel. Dalam pertemuan kabinet mingguan pada Ahad, Netanyahu tidak menyinggung tentang krisis konstitusional yang telah mengguncang Israel selama tujuh bulan. Krisis ini telah ekonomi Israel dan mengguncang kepercayaan sekutu Barat terhadap kesehatan demokrasi Israel.

Dalam rapat kabinet, Netanyahu mempromosikan prakarsa infrastruktur termasuk "Proyek Satu Israel". Netanyahu menggambarkan proyek ini dirancang untuk mengurangi waktu tempuh perjalanan dengan kereta api dari kota-kota kecil ke pusat Kota Tel Aviv menjadi dua jam atau kurang.  

Rencana tersebut pada dasarnya adalah kebangkitan kembali ide yang dipromosikan selama bertahun-tahun, kendati hanya mencapai sedikit kemajuan. Pada 2010, Pemerintah Israel menyetujui inisiatif multi-miliar shekel untuk membangun jaringan nasional. Namun inisiatif ini tidak mendapatkan daya tarik. Menteri keuangan Israel mengatakan idenya adalah untuk menyiapkan jalur kereta api  berkecepatan tinggi dari wilayah utara ke selatan dalam 10 tahun ke depan.

Pada 19 Juli lalu, Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan, Israel berharap normalisasi dengan Arab Saudi segera terwujud. Dalam pidato di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS), Herzog berterima kasih kepada AS karena mendorong upaya untuk membangun hubungan damai antara Israel dan Saudi.

“Israel berterima kasih kepada Amerika Serikat karena berupaya membangun hubungan damai antara Israel dan Kerajaan Arab Saudi, negara terkemuka di kawasan dan dunia Muslim,” kata Herzog kepada anggota parlemen AS, dilaporkan Al Arabiya.

“Kami berdoa dan berharap agar momen ini terwujud,” kata Herzog.

Amerika Serikat telah mendorong Saudi untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel, seperti beberapa negara Arab lainnya. Namun Kerajaan Saudi dengan tegas menolak untuk menormalisasi hubungan dengan Israel karena persoalan Palestina. Saudi menegaskan bahwa konflik Israel-Palestina harus diselesaikan sejalan dengan Inisiatif Perdamaian Arab.

Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, upaya untuk normalisasi hubungan antara Israel dan Saudi masih berlangsung. Tapi Biden pesimis kesepakatan itu bisa dicapai dalam waktu dekat.

"Kami masih agak jauh," kata Biden.

Mantan duta besar AS untuk Israel, Martin Indyk, dalam sebuah wawancara dengan CNN mengatakan, Saudi mengajukan tiga persyaratan kepada Amerika Serikat untuk memajukan normalisasi dengan Israel. Tiga persyaratan itu antara lain, jaminan keamanan dari AS, seperti komitmen Pasal 5 NATO untuk Arab Saudi;  aliran bebas senjata dari AS, termasuk pesawat F-35;  dan lampu hijau untuk kapasitas Saudi yang independen untuk memperkaya uranium.

Arab Saudi tidak mengakui Israel, dan tidak bergabung dengan Abraham Accords, yang disepakati antara Israel dengan UEA dan Bahrain pada 2020. Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal Bin Farhan mengatakan, normalisasi antara Saudi dan Israel adalah untuk kepentingan wilayah. Sementara masalah Palestina harus ditangani terlebih dahulu.

Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen sangat optimis bahwa Israel dan Arab Saudi akan menormalkan hubungan sebelum Maret tahun depan. Dia menambahkan, kesepakatan normalisasi dengan Saudi tidak akan menjadi bagian dari Abraham Accords dan akan mencakup negara lain.

"Israel tertarik untuk memajukan perjanjian damai dengan Arab Saudi Ini adalah kesepakatan yang bisa dicapai, dan Saudi juga tertarik dengan itu," ujar Cohen, dilaporkan Middle East Monitor.

Cohen mengatakan, pembicaraan tentang perjanjian normalisasi Saudi-Israel sedang berlangsung melalui berbagai saluran, terutama melalui Washington.  "Ada jendela peluang hingga Maret 2024 untuk kesepakatan dengan Riyadh, setelah itu sistem politik di AS akan fokus pada pemilihan presiden akhir tahun ini," kata Cohen.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement