Senin 31 Jul 2023 10:10 WIB

Hepatitis Jadi Masalah Serius yang Harus Segera Diatasi di Indonesia

Indonesia terus berupaya mengeliminasi hepatitis dengan mengadopsi beberapa strategi.

Red: Nora Azizah
Tenaga kesehatan mengambil sampel darah milik pedagang saat memeriksa kesehatan secara gratis untuk mendeteksi hepatitis (Foto: ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan mengambil sampel darah milik pedagang saat memeriksa kesehatan secara gratis untuk mendeteksi hepatitis (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan penyakit hepatitis merupakan tantangan serius yang harus segara diatasi melalui deteksi dini dan pengobatan secara terintegrasi. "Ini adalah tantangan serius yang harus kita atasi. Di hari Hepatitis Sedunia ini, saya ingin menekankan kembali pentingnya deteksi dini dan pengobatan hepatitis yang terintegrasi," katanya saat membuka Peringatan Hari Hepatitis Sedunia ke-14 2023 diikuti dalam jaringan di Jakarta, dikuti Senin (31/7/2023).

Menkes melaporkan, lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia menderita Hepatitis, sembilan dari sepuluh pasien tidak menyadari kondisi mereka. Padahal, kata dia, hepatitis merupakan penyebab utama kanker hati dan penyebab kematian nomor empat tertinggi terkait kanker.

Baca Juga

"Tidak ada cukup alasan bagi penderita hepatitis tidak terdiagnosis dan tidak diobati, ketika intervensi yang efektif sebenarnya sudah tersedia," katanya.

Kemenkes berkomitmen untuk mengeliminasi hepatitis di Indonesia dengan mengadopsi strategi komprehensif, di antaranya meningkatkan akses deteksi dini hepatitis, menyediakan pengobatan dan vaksin yang memadai, serta penguatan surveilans terutama bagi ibu hamil dan kelompok berisiko tinggi. Menkes juga menekankan kerja sama lintas sektor dan pemangku kepentingan sebagai kunci untuk mencapai hasil yang positif.

"Sekarang adalah waktunya untuk bergerak bersama, kita pastikan tes dan pengobatan Hepatitis tersedia untuk semua," kata Budi Gunadi Sadikin.

Pada acara yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan penyakit Hepatitis B dan C masih menjadi masalah di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi Hepatitis B sebesar 7,1 persen, Hepatitis C 1,01 persen.

"Hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular dan bisa menyebabkan keduanya (Hepatitis B dan C) menjadi kronis," katanya.

Oleh karena, katanya, Kemenkes secara serius merespons kasus tersebut untuk melakukan penanggulangan melalui program terintegrasi. Pertama, adalah skrining hepatitis B, terutama pada ibu hamil melalui kerja sama dengan Unit Kerja Kesehatan Masyarakat, termasuk skrining untuk HIV dan sipilis.

Selanjutnya adalah skrining hepatitis C pada populasi berisiko, terutama orang dengan HIV positif, pengguna jarum suntik, dan pasien hemodialisa. Kemudian ada kegiatan imunisasi hepatitis B sejak bayi baru lahir yang merupakan program nasional, serta pemberian HBIG pada bayi dan ibu yang hasil skrining hepatitis B reaktif dan melakukan pengobatan pada ibu hamil yang memenuhi syarat untuk diberikan antivirus hepatitis B.

Hari Hepatitis Sedunia ke-14 tahun ini di Indonesia mengusung tema 'Segerakan Tes dan Mengobati. Hepatitis Tidak Menunggu'.

"Ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian penyakit Hepatitis," kata Maxi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement