REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Senin akan mengadakan sesi virtual luar biasa untuk Dewan Menteri Luar Negeri Negara Anggota (CFM) atas permintaan Arab Saudi dan Irak untuk mengatasi insiden berulang penodaan dan pembakaran salinan Alquran di Swedia dan Denmark.
Persiapan Sidang Luar Biasa ke-18 Dewan Menteri Luar Negeri OKI dimulai Ahad di markas Sekretariat Jenderal OKI di Jeddah. Staf senior membahas dan merumuskan rekomendasi untuk dipresentasikan pada sesi Senin.
Dilansir dari Aawsat pada Senin (31/7/2023), Asisten Sekretaris Jenderal OKI untuk Urusan Politik Yousef Bin Mohammed Al-Dubaie menekankan apresiasi mendalam OKI terhadap Kerajaan dan Irak atas inisiatif mereka dalam mengadakan sesi ini.
Al-Dubaie mengatakan organisasi tersebut telah mengikuti dengan keprihatinan yang mendalam atas insiden berulang yang menghina kesucian Islam, dan setiap saat, menolak dan mencela mereka dan mengingatkan keseriusan tindakan provokatif ini.
Sebelumnya, Arab Saudi, Irak, dan negara-negara Teluk dan Arab lainnya menyatakan penolakan kategoris mereka terhadap semua upaya untuk menodai Alquran. Mereka menekankan perlunya tindakan segera untuk menghentikan tindakan ekstremis yang memprovokasi umat Islam di seluruh dunia.
Al-Dubaie mencatat sejak Januari lalu, Komite Eksekutif mengadakan dua pertemuan untuk mempelajari insiden ini dan Dewan Menteri Luar Negeri OKI, pada sesi ke-49 di Nouakchott, juga mengadopsi resolusi lain untuk efek ini.
Dia kemudian menunjukkan Sekretaris Jenderal OKI Hissein Taha memiliki kontak ekstensif dengan pejabat senior negara anggota dan non-anggota serta organisasi internasional untuk meningkatkan kesadaran akan keseriusan masalah ini.
Al-Dubaie juga mengatakan, misi OKI dan negara-negara anggotanya di New York dan Jenewa mengadakan kontak dan inisiatif untuk memberi tahu badan-badan di organisasi terkait tentang pelanggaran yang sedang berlangsung terhadap simbol dan kesucian Islam.