REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan mengimbau seluruh masyarakat mewaspadai kondisi pasca-Covid-19 atau yang dikenal sebagai long Covid.
"Long Covid benar adanya, sampai saat ini terdapat banyak pasien saya yang datang mengeluhkan gejala tersebut," katanya saat ditemui di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, Senin (31/7/2023).
Erlina mengatakan gejala long Covid merupakan hal yang tidak terduga, yang hingga kini masih dipelajari cara mengatasinya. Meski demikian, para dokter telah mengetahui gejala long Covid dapat diobati secara multi-disiplin karena gejalanya berbeda-beda.
Dia mengungkapkan gejala yang biasanya dialami beragam, seperti sesak, nyeri dada, pusing, dan perasaan lupa secara tiba-tiba. "Sampai sekarang masih diteliti, hal apa yang bisa meminimalisir long Covid," ujar dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta tersebut.
Dia menjelaskan kondisi long Covid memiliki waktu pengobatan yang berbeda-beda. "Berdasarkan literatur, ada yang tiga bulan, enam bulan, bahkan hingga satu tahun. Ada yang ringan, tapi hanya satu atau dua orang," ujarnya.
Dia menyebutkan kondisi long Covid lebih rentan terjadi kepada pasien yang memiliki penyakit komorbid, lansia, atau mantan pasien Covid-19 yang memiliki gejala yang berat sebelumnya.
Menurutnya, vaksinasi Covid-19 yang tidak lengkap memiliki kaitan dengan gejala long Covid meskipun secara tidak langsung. "Adanya vaksin bisa membuat serangan Covid-19 menjadi tidak berat, maka berarti ada hubungan tidak langsung," kata Erlina.