REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fenomena iklim El Nino memicu musim kemarau Tahun 2023 menjadi lebih kering dan berkepanjangan. Hal ini juga sudah terjadi di beberapa wilayah tanah air dan berdampak salah satunya bencana kekeringan di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.
"(Kekeringan di beberapa wilayah Indonesia) karena musim kemarau tahun ini berbarengan dengan aktifnya fenomena El Nino. Jadi musim kemaraunya lekbih kering dibanding tiga tahun terakhir," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim A Fahcri Radjab dalam keterangannya kepada Republika, Senin (31/7/2023).
Namun demikian, Fahcri tidak dapat menyimpulkan apakah musim kemarau berkepanjangan ini berkaitan dengan fenomena perubahan iklim. Menurutnya, perlu kajian lebih lanjut apakah musim kemarau ini disebabkan oleh perubahan iklim.
"Kalau bicara pemanasan global bisa saja ada kaitan dampaknya ke El Nino, tapi perlu kajian lebih mendalam lagi," ujarnya.
Fachri melanjutkan, untuk itu, BMKG mengingatkan pemerintah, seluruh pemangku kepentingan terkait dan juga masyarakat untuk mengantisipasi dampak dari El Nino. Sebab, fenomena El Nino ini diprediksi masih akan terjadi hingga akhir 2023.
"Fenomena El Nino masih akan aktif sampai akhir tahun 2023," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kurang lebih 7.500 warga terdampak bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini didasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak per Ahad (30/7/2023).
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB...