REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, setuju dengan rencana pemerintah melakukan konversi dari mesin berbahan bakar minyak menjadi mesin berenergi listrik atau baterai pada perahu nelayan setempat.
"Kami mendukung rencana tersebut karena dapat mengurangi beban pemerintah dalam memberikan subsidi BBM," kata Ketua DPC HNSI Kabupaten Cilacap Sarjono di Cilacap.
Selain itu, penggunaan energi listrik juga akan mengurangi biaya operasional nelayan saat melaut untuk mencari ikan. Menurut dia, hal itu disebabkan jika menggunakan BBM sedikitnya membutuhkan biaya bahan bakar sebesar Rp 200 ribu sekali melaut.
Tetapi jika menggunakan energi listrik atau baterai, lanjut dia, nelayan cukup mengeluarkan biaya pengisian baterai sebesar Rp 50 ribu.
Kendati demikian, dia mengaku belum mengetahui secara pasti jumlah perahu nelayan yang akan mendapatkan paket konversi pada tahap awal termasuk lokasi pengisian baterainya.
"Hingga saat ini, kami masih bahas permasalahan tersebut dengan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat dan perusahaan yang menangani konversi," ujarnya.
Sarjono mengatakan jika tidak ada perubahan, peluncuran konversi energi pada perahu nelayan ini akan dilaksanakan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, pada 10 Agustus 2023, dan direncanakan dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sebelumnya, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Cilacap M Wijaya mengatakan kapal nelayan di Cilacap secara bertahap akan menggunakan energi listrik.
"Pemerintah akan melakukan konversi terhadap kapal nelayan yang selama ini menggunakan energi fosil, sehingga nantinya menggunakan energi listrik," katanya saat memberi sambutan dalam pembukaan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) 2023 yang diselenggarakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Cilacap, Kamis (20/7).
Menurut dia, uji coba konversi dari bahan bakar fosil ke energi listrik pada kapal nelayan tersebut direncanakan mulai dilakukan pada pertengahan Agustus 2023.
Ia mengatakan Pemkab Cilacap sudah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) maupun HNSI Kabupaten Cilacap terkait rencana konversi tersebut.
"Dengan adanya konversi, yang pertama untuk bisa mengurangi efek gas rumah kaca. Yang kedua, insya Allah dengan adanya konversi ini maka nelayan-nelayan itu tidak bingung lagi dengan BBM, sementara itu kan jatah kita untuk nelayan masih kurang dibanding dengan kebutuhan nelayan," jelas dia.
Lebih lanjut, Wijaya mengatakan baterai yang akan digunakan untuk kapal-kapal nelayan itu diproyeksikan mampu menyimpan energi listrik hingga 10 jam.
Kendati demikian, mekanisme penyediaan baterai tersebut masih dalam pembahasan mengingat adanya kekhawatiran nelayan akan kehabisan baterai saat berada di tengah laut.
"Apakah nantinya nelayan akan diberi baterai cadangan atau seperti apa, itu masih kita rembuk. Atau setelah 10 jam, begitu sampai di pelabuhan bisa diisi lagi," ujarnya.
Oleh karena kapasitas baterai hanya mampu menyimpan listrik selama 10 jam, kata dia, sasaran konversi itu lebih ditujukan untuk kapal-kapal kecil yang berangkat melaut pada pagi hari dan kembali ke darat pada siang hari.