REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya pada aspek ketersediaan dan stabilitas pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) menekankan pentingnya penganekaragaman pangan sebagai salah satu strategi mengantisipasi dampak El Nino. Hal ini penting karena Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya pangan berbasis kearifan lokal.
Beras memang menjadi pangan pokok yang dikonsumsi mayoritas masyarakat Indonesia. Namun masih banyak sumber karbohidrat dan protein yang tersebar di berbagai daerah, misalnya sagu di Indonesia Timur. "Kita ingin ketahanan pangan yang berlandaskan kemandirian dan kedaulatan nasional," kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam Talkshow Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), di Jakata, pada Senin (31/7/2023).
Menurutnya, dibutuhkan political will bersama untuk mengakselerasi keragaman produksi pangan Tanah Air. Sebab hal ini menjadi kekuatan dalam mengantisipasi dampak El Nino bagi ketahanan pangan.
Di sisi lain, soal masih besarnya angka susut dan boros pangan di Indonesia, Arief juga mengimbau agar seluruh masyarakat bersama-sama untuk setop boros pangan. Sebab El Nino bisa berpengaruh terhadap penurunan produksi pangan. Karena itu, yang bisa masyarakat lakukan bersama salah satunya adalah mulai melaksanakan aksi setop boros pangan dan belanja bijak.
"Boros itu dibenci Tuhan dan merugikan ekonomi bahkan lingkungan," ungkap Arief.
Stop boros pangan dapat diterapkan dengan benar-benar mengonsumsi makanan sampai habis tak bersisa. Sementara belanja bijak dapat diaplikasikan dengan membeli keperluan pangan sesuai kebutuhan dan tidak perlu panic buying. Kalau tidak ada panic buying, tidak ada kekhawatiran yang memicu kelangkaan pasokan dan lonjakan harga bahan pangan.