REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Upaya Kementerian Pertanian RI menggerakkan regenerasi petani mulai terlihat hasilnya. Pasalnya, banyak generasi milenial yang berkecimpung di sektor pertanian dari hulu hingga hilir di seluruh Indonesia menunjukkan kinerja positif.
Satu di antaranya dari Provinsi Jawa Timur, Mashuda, petani komoditas cabai di Kabupaten Pasuruan merupakan petani milenial yang sukses menggeluti sektor pertanian. Mashuda pun didapuk oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) menjadi Duta Petani Andalan (DPA).
Kinerja Mashuda mendapat perhatian khusus Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, dengan mengunjungi Kebun Cabai Wonosari Farm, yang dikelola Mashuda di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Rabu (26/7/2023) didampingi Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana bersama tim PPIU YESS Jatim.
Pada Maslahat Award Inovasi dan Teknologi yang digelar oleh Pemkab Pasuruan, Mashuda meraih Juara ke-3 atas inovasinya yang dinamai Budi Cakep, singkatan dari Budi Daya Cabai Petani Kabupaten Pasuruan.
Petani milenial binaan DPA Kementan, Mashuda merupakan sosok petani milenial yang didukung Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services Programme (YESS).
Upaya dan kinerja Mashuda sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa generasi milenial dapat segera mengambil peranan dalam pembangunan pertanian. Terbukti dengan banyaknya pemuda dan pemudi yang menjadi pelopor dalam usaha pertanian.
“Itu adalah contoh nyata bahwa pertanian tidak identik dengan kotor dan kemiskinan, setelah ditunjang mekanisasi dan inovasi pertanian yang menjadikan pertanian menjadi lebih modern dan menjanjikan,” katanya.
Mentan Syahrul meyakini generasi milenial yang inovatif dan memiliki gagasan kreatif mampu mengawal pembangunan pertanian menjadi maju, mandiri dan modern.
Pada kunjungan di Kebun Cabai Wonosari Farm, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengapresiasi capaian dan kinerja Mashuda bagi pengembangan pertanian.
"Saya hari ini mengunjungi Mashuda, petani milenial dengan komoditas cabai. Sudah menerapkan Smart Farming dengan rumah kaca yang sederhana. Beratap plastik dan bertiang bambu. Betul-betul sederhana tapi manfaatnya maksimal," kata Dedi Nursyamsi.
Untuk 1 rumah kaca luas 1000 m2 dengan 3.000 populasi tanaman, satu pohon dalam satu tahun dapat menghasilkan 5,23 kg atau total estimasi produksi 15 ton.
Harga jual cabai bervariasi. Misal Rp25.000/kg maka omset yang diperoleh hampir Rp400 juta dari satu unit rumah kaca ini. Kalau satu hektar, dikalikan 10, omsetnya bisa mencapai Rp4 miliar per tahun.
Dedi Nursyamsi menilai, varietas yang dipilih Mashuda memang varietas berkualitas, yang tinggi nilai jualnya dan tahan terhadap penyakit.
Kedua, untuk nutrisi tanaman mengggunakan irigasi tetes [drip irrigation]. Tanah yang sebelumnya disuburkan dahulu dengan pupuk kandang, dengan tambahan dolomit.
"Dengan nutrisi yang optimal, maka hasil yang didapat akan maksimal," katanya didampingi Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana.
Dedi Nursyamsi menambahkan, yang perlu dibangun adalah pertama adalah rumah kaca. "Kenapa? Dengan rumah kaca, micro climate [suhu, cahaya, kelembaban] dapat dikendalikan. Kedua, bagi pengendalian hama penyakit, dengan rumah kaca, hama penyakit tidak bisa masuk."
Menurutnya, Mashuda sudah memberikan inspirasi luar biasa, dengan membangun smart farming melalui rumah kaca sederhana, dikombinasikan pemilihan varietas yang tepat dan pengendalian hama yang bagus sehingga hasilnya luar biasa.
"Intinya Smart Farming adalah pertanian cerdas. Dilakukan oleh orang cerdas. Cara yang cerdas dengan mengadopsi teknologi. Paling penting, petani harus menguasai pasar," kata Dedi Nursyamsi.
Kolaborasi Paskomnas
Mashuda merupakan petani milenial yang didukung Program YESS di bawah koordinasi Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] dalam hal ini Polbangtan Malang selaku Provincial Project Implementation Unit [PPIU] dari Program YESS di Provinsi Jawa Timur.
Mashuda mengatakan seperti terlihat, inilah keseharian dirinya sebagai petani milenial, yang penting kami dapat rutin kirim tiap minggu sesuai target.
"Perkara harga yang fluktuatif. kami sudah mengalaminya, yang penting kami melihat hasil dari satu tahun," katanya.
Usaha pertaniannya, kata Mashuda, sudah berdiri 12 tahun. Untuk modal membuat rumah kaca, satu unit membutuhkan Rp150 juta per 1.000 meter dengan masa pakai lima tahun, Biaya operasional untuk nutrisi sekitar Rp70.000 per hari.
Mashuda menambahkan berapapun harga cabai di pasaran, tidak membuatnya merugi. "Untuk pasar, berapa pun yang kami produksi akan diserap oleh Paskomnas (Pasar Komoditas Nasional).
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana menambahkan Kementan menggandeng Paskomnas melalui kontrak kerjasama yang diteken Polbangtan Malang dan Direktur Paskomnas, Hartono Wignjopranoto pada medio Januari 2023 di Malang, Jatim.
"Tujuan kerjasama, didasari pada komitmen bagi regenerasi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian oleh para milenial yang selalu ingin memajukan usahanya," kata Setya yang akrab disapa Uud.
Paskomnas selaku pengelola pasar induk terintegrasi yang tersebar di Palembang, Tangerang dan Surabaya. Didukung sistem informasi, mendukung keberadaan Pasar Induk Agribisnis sebagai terminal komoditas pertanian dari produsen sebelum disalurkan ke konsumen.
“Paskomnas menyediakan pasar serta pendampingan pasar. Mudah-mudahan korporasi petani milenial bersama para penerima manfaat YESS bisa berjalan dengan baik sehingga ekosistem usaha berjalan lancar," katanya.