Selasa 01 Aug 2023 09:02 WIB

Laporan: Kepala Mossad Kunjungi Gedung Putih Bahas Normalisasi Israel-Saudi

Saudi menetapkan beberapa syarat untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Israel dan Arab Saudi. (Ilutrasi(
Foto: google.com
Bendera Israel dan Arab Saudi. (Ilutrasi(

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kepala Mossad, David Barnea mengunjungi Gedung Putih awal bulan ini untuk pembicaraan rahasia tentang potensi kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi. Situs berita Axios yang mengutip dua sumber di Amerika Serikat (AS) melaporkan, Barnea bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan serta koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah, Brett McGurk, serta penasihat senior Presiden AS Joe Biden di bidang energi dan infrastruktur, Amos Hochstein.

Sullivan dan McGurk melakukan perjalanan ke Arab Saudi setelah pertemuan mereka dengan Barnea. Barnea juga dilaporkan bertemu dengan Direktur CIA Bill Burns. Namun CIA tidak mengomentari laporan pertemuan itu.

Baca Juga

"Kami terus mendukung normalisasi dengan Israel, termasuk dengan Arab Saudi, dan jelas terus berbicara dengan mitra regional kami tentang bagaimana lebih banyak kemajuan dapat dibuat," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih ketika dimintai komentar tentang pertemuan Barnea dan Sullivan di Gedung Putih, dilaporkan Times of Israel, Senin (31/7/2023).

Saudi menetapkan beberapa syarat untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Persyaratan tersebut antara lain pakta pertahanan dan keamanan yang signifikan dengan Amerika Serikat, konsesi Israel kepada Palestina, dan program nuklir sipil.

Program nuklir ini adalah permintaan yang telah lama ditentang oleh Washington dan Israel. Namun Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi mengatakan persetujuan Israel tidak diperlukan untuk persyaratan program nuklir tersebut.

“Puluhan negara mengoperasikan proyek dengan inti nuklir sipil, dan dengan upaya nuklir untuk energi, ini bukan sesuatu yang membahayakan mereka atau tetangga mereka,” kata Hanegbi kepada penyiar publik Kan.

Hanegbi menambahkan, persoalan program nuklir sipil adalah urusan Washington dan Riyadh. “Israel tidak akan menyerah pada apapun yang akan mengikis keamanannya,” kata Hanegbi.

Hanegbi mengatakan, jalan untuk mencapai kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi masih panjang tetapi peluang itu memungkinkan. Hanegbi menambahkan, negosiasi antara AS dan Saudi saat ini masih berjalan untuk mencapai beberapa kesepakatan.

“Kami benar-benar terkejut beberapa bulan lalu ketika Gedung Putih mengatakan sedang berupaya untuk mencapai kesepakatan dengan Saudi. Presiden AS mengatakan bahwa jalannya masih panjang tetapi menurutnya akan ada kemungkinan kemajuan dalam masalah ini," kata Hanegbi.

The New York Times pada Sabtu (29/7/2023) melaporkan, Presiden Joe Biden belum mengambil keputusan tentang keinginan kesepakatan normalisasi Israel-Arab Saudi. Kesepakatan normalisasi ini kemungkinan akan membutuhkan pakta keamanan besar-besaran antara AS dan Arab Saudi. Menurut laporan itu, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyatakan keinginan untuk mencapai kesepakatan tentang normalisasi dengan Israel selama kunjungan Sullivan pada Mei lalu.

Menurut New York Times, Washington telah berusaha untuk memajukan kesepakatan normalisasi Israel-Saudi karena dianggap bermanfaat bagi keamanan nasional AS.  Kesepakatan ini akan membuat Riyadh menawarkan paket bantuan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada lembaga-lembaga Palestina di Tepi Barat, dan secara signifikan memutar kembali hubungannya yang berkembang dengan Cina serta membantu mengakhiri perang saudara di Yaman.

Riyadh menginginkan perjanjian keamanan bersama seperti NATO yang akan mewajibkan AS untuk membelanya jika diserang. Saudi juga menginginkan program nuklir sipil yang dipantau dan didukung oleh AS, serta kemampuan untuk membeli persenjataan yang lebih canggih dari Washington seperti sistem pertahanan rudal antibalistik Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), yang dapat digunakan untuk memerangi persenjataan rudal Iran yang semakin meningkat.

Riyadh selanjutnya akan menuntut konsesi yang signifikan dari Israel terhadap Palestina. Langkah ini tampaknya sangat tidak mungkin dilakukan di bawah pemerintahan sayap kanan Israel. Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen mengatakan, masalah Palestina tidak menjadi penghalang untuk normalisasi Saudi-Israel. Namun dia menolak untuk menanggapi apakah Israel akan memberlakukan pembekuan pembangunan pemukiman Yahudi jika diminta oleh Riyadh.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah lama menginginkan normalisasi dengan Saudi. Dia berulang kali menggambarkan kesepakatan ini sebagai salah satu prioritas utama pemerintahan barunya. Dia mengklaim kesepakatan tersebut dapat mengakhiri konflik Arab-Israel dan konflik Israel-Palestina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement