REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Ukraina berhasil merebut kembali Desa Staromaiorske, keberhasilan terbesar mereka dalam beberapa pekan terakhir. Namun, kemajuan tersebut memakan banyak korban.
Pasukan yang menjadi ujung tombak serangan balik Ukraina mengatakan pertempuran di sepanjang garis depan di tenggara Ukraina lebih sulit dan mematikan dibandingkan yang diperkirakan.
Sementara setiap rencana serba salah dan musuh dipersiapkan dengan baik. "Pasukan Rusia menunggu kami," kata seorang tentara Ukraina berusia 29 tahun yang mengidentifikasi dirinya sebagai Bulat, Selasa (1/8/2023).
"Mereka menembakan senjata anti-tank dan peluncur granat ke kami. Kendaraan yang saya bawa melewati ranjau anti-tank, tapi semuanya baik-baik saja, kendaraan menerima serangan, dan semua orang selamat, kami turun dan berlari menuju perlindungan. Karena sebagian besar hal penting terlindungi dan melanjutkan perjalanan," kata Bulat yang berasal dari unit kendaraan tempur yang dikirim ke medan perang pekan lalu.
Kisah-kisah pertempuran di Staromaiorske disampaikan dekat garis depan di tenggara Ukraina. Hal ini mengindikasi mengapa serangan paling mematikan Kiev dalam perang, yang sudah memasuki bulan ketiga, terbukti lebih lambat dan mematikan dibandingkan yang diantisipasi sebelumnya.
"Misi kami direncanakan memakan waktu dua hari. Tapi karena sejumlah alasan kami tidak bisa berkendara di malam di waktu yang tepat, sehingga perjalanan kami tertunda dan kehilangan waktu yang tepat," kata Bulat.
Kiev menerima peralatan dan pelatihan dari negara-negara Barat senilai miliaran dolar AS untuk menggelar serangan balik merebut kembali daerah-daerah yang diduduki musim panas lalu. Ukraina mengakui operasi serangan bali lebih lambat dari yang diperkirakan. Para komandan mengatakan kecepatan ini disengaja untuk menghindari banyaknya korban jiwa.
Rusia memiliki waktu berbulan-bulan untuk menyiapkan benteng dan menebar ranjau. Serangan Ukraina kekurangan keunggulan di udara yang diharapkan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam pelatihan mereka.
Seorang marinir Ukraina yang dipanggil "Dub" mengatakan Rusia mendirikan "zona pra-penglihatan" untuk mengantisipasi serangan.
"Mereka merusak jalanan dengan metodis. Mereka membuat lubang untuk mencegah kendaraan masuk dan keluar desa, bahkan di cuaca kering. Meski berjalan saja cukup sulit. Anda tidak bisa menggunakan senter di malam hari, namun anda masih bisa maju," katanya.
Tentara lain yang menyebut dirinya Pikachu mengatakan unitnya "mencoba yang terbaik. Kami berhasil."
"Turunnya tidak bagus, kami maju dengan lambat tapi pasti. Mereka menembak, semuanya terbaik, ini menakutkan tapi kami maju. Tidak ada yang mundur, semua orang melakukan pekerjaan dengan baik," katanya.
"Banyak dari kami tidak akan pernah kembali pulang ke rumah," tambahnya.