REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, pada hari Senin (31/7/2023), menyerukan diakhirinya perang yang ia anggap "tidak rasional" di Ukraina. Dan Lopez Obrador juga mendesak perundingan perdamaian mendatang di Timur Tengah untuk menyertakan perwakilan dari Ukraina dan Rusia.
Lopez Obrador mengatakan Meksiko hanya akan mengambil bagian dalam pembicaraan di Arab Saudi, yang dilaporkan dijadwalkan untuk diadakan pada akhir pekan mendatang, jika kedua belah pihak hadir. "Jika ada penerimaan dari Ukraina dan Rusia untuk mencari solusi-solusi untuk mencapai perdamaian, kami akan berpartisipasi," kata presiden kepada para wartawan pada sebuah konferensi pers reguler.
"Kami tidak ingin perang Rusia-Ukraina terus berlanjut, ini sangat tidak rasional," tambah Lopez Obrador, seraya menambahkan bahwa konflik ini telah menyebabkan penderitaan manusia yang sangat besar. "Satu-satunya yang diuntungkan dari hal ini adalah industri perang," tambahnya.
Para pejabat senior dari 30 negara diperkirakan akan berpartisipasi dalam pembicaraan pada 5-6 Agustus di Jeddah, Wall Street Journal melaporkan pada hari Sabtu (30/7/2022). Namun sayang, Rusia tidak diundang, media tersebut melaporkan, mengutip para diplomat yang terlibat dalam perencanaan tersebut.
Pada hari Senin (1/8/2023), Kremlin mengatakan akan "mengikuti" pertemuan tersebut, tetapi saat ini tidak melihat kondisi untuk pembicaraan damai dengan Kiev.
Lopez Obrador telah berusaha untuk menjaga agar Meksiko tetap netral dalam perang ini, meskipun pemerintahnya telah mendukung beberapa resolusi utama PBB yang mengkritik peran Rusia dalam konflik ini. Meksiko telah menolak untuk mengirimkan senjata ke Ukraina dan belum menjatuhkan sanksi pada Rusia.
Pada bulan April, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendesak para anggota parlemen Meksiko untuk mendukung rencananya untuk mengakhiri perang, yang akan mencakup penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina. Lopez Obrador telah menguraikan rencana perdamaian yang terpisah tahun lalu, yang ditentang oleh Ukraina, dengan alasan bahwa rencana tersebut akan menguntungkan Rusia.