Selasa 01 Aug 2023 15:26 WIB

Hakikat Taubat

Taubat didahului dua kewajiban.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Taubat. Ilustrasi
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Taubat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seorang ulama terkemuka dan ahli tasawuf, Imam Al-Ghazali menjelaskan tentang makna tobat.  Menurut dia, hakikat taubat adalah kembali dari maksiat menuju taat  dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat, serta mengatur ilmu, hal dan amal, begitu juga dalam pengaturan pada setiap maqam.

Dalam kitabnya yang berjudul Raudhah at-Thalibin wa ‘Umdah as-Salikin, Sang Hujjatul Islam menjelaskan, ilmu merupakan salah satu pengikat keimanan kepada Allah SWT. Kemudian, hal merupakan perasaan yang lahir dari taubat. Sedangkan amal merupakan perbuatan-perbuatan yang lahir dari perasaan di dalam hati dan anggota tubuh.

Baca Juga

Menurut Al-Ghazali, taubat didahului dua kewajiban. Pertama, yaitu memastikan bahwa dosa yang ditinggalkan benar-benar dosa. Kedua, tidak menganggap bahwa taubat itu semata-mata karena dirinya sendiri. Sebab, hanya Allah yang menciptakan tobat itu di dalam dirinya dan memudahkannya untuk bertaubat.

“Kesadaran hanya Allah yang membuatnya bertaubat ini termasuk bentuk keimanan kepada Allah karena erat kaitannya dengan kuasa Allah. Selain itu, juga berkaitan erat dengan kabar-kabar dari Allah,” jelas Al-Ghazali.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa rukun taubat ada empat, yaitu mengetahui, menyesal, bertekad, dan meninggalkan. Adapun batasan penyesalan yang wajib yaitu penyesalan yang mendorong untuk meninggalkan dosa. Sementara hakikat berlari artinya meninggalkan maksiat menuju taat.

“Inilah lari yang wajib dan didasarkan atas pondasi keimanan. Artinya, kembalinya hamba dari kesibukan-kesibukan yang melalaikan Allah dan dari kebaikan menuju yang lebih baik. Ini juga merupakan obat dan kembali serta menjadi syarat kebahagiaan di akhirat,” kata Al-Ghazali.

“Demikianlah lari yang wajib yang didasarkan atas kesempurnaan iman. Tiada akhir bagi derajat dan tingkatan tobat,” jelasnya.

Selain dikenal dengan taubat, tambah dia, kondisi di atas juga disebut sebagai inabah (kembali) karena hakikatnya adalah kembali kepada Allah secara berulang-ulang, meski tanpa didahului dosa. Dengan begitu tobat adalah menyesali setiap dosa, bukan tanpa dosa.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement